Nasihat Mudah Dicerna lewat Dongeng
SURABAYA – Aditya Damal Kelsyah terlihat mondar-mandir di pekarangan sekolah kemarin. Wajah bocah sebelas tahun itu tegang. Beberapa meter dari tempatnya berdiri, ratusan temannya di SDN IV Bubutan tengah memusatkan konsentrasi pada Haris Rizki yang sedang mendongeng ditemani bonekanya, Ayis. Beberapa kali Damal membenarkan kostumnya. Kaus dan celana plus sarung yang diselempangkan di dada.
’’Ayo adik-adik, pertama mari kita sambut Daaaamaaaal!’’ teriak Haris disambut tepuk tangan dari bocah-bocah kelas I–VI itu. Damal pun langsung berdiri di depan penonton, lalu bercerita tentang Timun Mas. Sesekali dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. ’’Opo yo lanjutane,’’ katanya. Meski tahu Damal gugup, teman-temannya terus memberikan dukungan dengan bertepuk tangan. Setelah Damal, tampil Fathirul Islah yang mendongeng tentang legenda Putri Tangguk.
’’Yang paling penting, berani dulu ke depan penonton dan bercerita. Semuanya sudah bagus bisa mendongeng,’’ ujar Haris. Pria yang berprofesi sebagai pendongeng profesional sekaligus pustakawan di SDN Bubutan IV itu memang mendorong siswa aktif terlibat bercerita. ’’Mereka yang bercerita biasanya malah memegang nilai cerita lebih teguh,’’ ucap Sastro, kepala SDN IV Bubutan.
Acara untuk memperingati World Storytelling Day atau Hari Mendongeng Sedunia itu memang bertujuan melatih keberanian anak-anak tampil di muka umum. Plus, menanamkan nilai-nilai kebaikan. Dengan cara penyajian kisah yang menarik imajinasi anak, mereka bakal lebih mengingat nilai-nilai yang perlu dijaga atau dihindari. ’’Dongeng jadi salah satu media pembentukan karakter yang terbaik sebelum memasuki masa pubertas,’’ jelasnya.
’’Kalau cuma dituturi, mereka sering kali membandel. Tetapi, jika diberi tahu lewat kisah yang mereka suka, mereka bisa menilai sendiri. Saya saja masih ingat kisah Bawang Merah dan Bawang Putih sampai sekarang,’’ ungkapnya. Selain menjaga imajinasi dan kreativitas, dongeng membiasakan mereka menangkap intisari sebuah kalimat.