Go Public dengan Fine Art
Pameran Seni Rupa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta
SURABAYA – Erika Tamara Shania tertegun melihat sketsa wajah yang dibingkai dalam pigura kaca. Lukisan karya Dessy Rachma, dosen muda Jurusan Seni Rupa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW), itu berjajar tiga. Yang terbesar berada di tengah. Ketiganya menggambarkan seorang perempuan berambut pendek yang menjadi simbol hubungan manusia dengan kekayaan.
”Saya memang concern mengangkat tema-tema kesenjangan sosial. Mengangkat tema-tema hedonisme lewat media seni,” ujar Dessy saat diwawancarai kemarin (20/3). Alumnus Institut Seni Jogjakarta itu ingin menunjukkan relasi-relasi sosial yang dipengaruhi kekuatan materiil.
Lukisan bertajuk Rich Partij tersebut adalah satu di antara sekitar 45 karya seni rupa yang dipamerkan di Galeri Prabangkara UPT Taman Budaya Jawa Timur hingga Jumat (23/3). Ekshibisi yang dihelat pihak Taman Budaya sembari mengundang STKW itu diberi judul Mind Showcase. Puluhan karya seni rupa dalam bentuk dua maupun tiga dimensi disuguhkan.
Mulai lukisan, sketsa, patung dari berbagai bahan, hingga instalasi keramik. Selain para dosen, puluhan mahasiswa menyumbangkan karya apik mereka. Misalnya, lukisan dengan tingkat kerumitan cukup tinggi yang dipersembahkan Loyong Budi Harjo. Loyong menyajikan detail sebuah dunia fantasi yang penuh warna.
Seolah ada taman bermain, perkampungan, hingga kota dalam satu waktu. Judulnya Behind the Scene. ”Ilustrasi tentang kehidupan yang selalu memiliki makna di belakang apa yang terlihat nyata,” katanya.
Sementara itu, Asmiati Sihite lebih ingin menyuarakan kepedihan dan kesengsaraan yang kadang kala diabaikan oleh makhluk sosial yang telah mengenal dunia maya zaman sekarang. ’’Kepekaan sosial manusia sekarang makin lemah. Keinginan untuk menolong dan membopong saudara yang lemah, yang tak bisa bersuara kencang, sudah makin punah,” terang Asmi.
Kepala Jurusan Seni Rupa STKW Mufi Mubaroh mengatakan bahwa momen pameran fine art tersebut menjadi kesempatan bagi STKW untuk go public. ”Kami mau menyuguhkan kemajemukan potensi kreasi individu yang tidak terkungkung oleh fenomena populer,” tegas Mufi.