Siap Tanggap Hadapi Bencana
SURABAYA – Potensi terjadinya gempa bumi yang berpusat di Surabaya sangat kecil. Namun, sekecil apa pun potensi tersebut tetap mengandung bahaya. Penelitian terus dilakukan sebagai sistem peringatan dini (early warning system) untuk masyarakat.
Hal itu tertuang dalam diskusi ilmiah yang digelar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya kemarin (22/3). Agenda yang bertema ”Harmoni Bersama Bencana” tersebut dihadiri Kepala BMKG Pusat Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD dan anggota Komisi V DPR Sadarestuwati SP MMA. ”Masyarakat jangan sampai ada yang menjadi korban bencana,” ujar Dwikorita.
Kata harmoni dipilih dalam tema untuk mengingatkan agar masyarakat selalu siap dengan bencana. Letak Indonesia, imbuh Rita, berada di cincin api dunia. Hal tersebut membuat potensi bencana, terutama gempa bumi, sangat tinggi. Rita mengisyaratkan agar mencontoh masyarakat Jepang.
Saat gempa di Tohoku, Jepang, pada 2011, mayoritas masyarakat bisa menyelamatkan dirinya sendiri. ”Kurang dari lima persen yang diselamatkan pemerintah,” imbuhnya.
Diskusi untuk memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-68 itu juga menghadirkan beberapa pembicara lain. Di antaranya, pakar geologi ITS Amien Widodo, Kepala Basarnas Surabaya Prasetya Budiarto, dan Kepala BMKG Juanda Surabaya Muhammad Nurhuda.
Kesadaran akan bencana juga berlaku untuk Surabaya. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) terhadap Sesar (patahan) Kendeng.
Amien menjelaskan, patahan tersebut memanjang dari Waru, Sidoarjo, hingga Kabupaten Cepu, Jawa Tengah. ”Jalur kritis di Surabaya melewati Jalan Arif Rahman Hakim, Mayjen Sungkono, lalu ke Cerme, Gresik,” ungkap dosen ITS tersebut.