Jawa Pos

Bursa Saham Kembali Merah

-

SEIRING dengan jatuhnya bursabursa saham Asia, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga terseret ancaman perang dagang antara AS dan Tiongkok. Kemarin (23/3) IHSG ditutup melemah 0,69 persen ke level 6.210,7. Pada perdaganga­n intraday, IHSG sempat terperosok 2,33 persen ke level 6.108,338. Kumpulan saham paling likuid dalam indeks LQ45 juga sempat jeblok lebih dalam, yakni sebesar 3,08 persen ke 995,046.

Penurunan tersebut sejalan dengan semakin meningkatn­ya ketegangan antara AS dan Tiongkok. Presiden AS Donald Trump resmi mengumumka­n pengenaan tarif impor terhadap barang Tiongkok USD 60 miliar. Tiongkok pun menyiapkan aksi balasan.

’’Saling ancam di antara dua negara tersebut tentu nantinya secara tak langsung buat Indonesia akan terpengaru­h. Selain itu, Bank Sentral Tiongkok juga menaikkan suku bunga acuannya sebesar 5 basis poin,’’ ujar analis Oso Sekuritas Ike Widiawati. Kenaikan suku bunga di Tiongkok terjadi di tengah Bank Sentral AS yang juga diekspekta­sikan menaikkan suku bunga acuan empat kali tahun ini.

Kemarin asing tercatat net sell Rp 1,06 triliun. Sepekan, asing juga mencatat net sell Rp 3,76 triliun. Dalam sepekan, IHSG turun 1,4 persen.

Mayoritas indeks di bursa saham Asia bergerak melemah. Kondisi itu ditunjukka­n oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang turun sebesar 4,51 persen, indeks Kospi di Korea Selatan turun 3,18 persen, dan indeks Hang Seng di Hongkong turun 2,45 persen.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menjelaska­n, sentimen eksternal memang kuat memengaruh­i pergerakan indeks. Hal itu membuat asing kebanyakan jual bersih. Opsi melarikan dana ke aset safe haven seperti emas pun sempat ikut memengaruh­i dan melambungk­an harga emas.

Dari dalam negeri, kebijakan pemerintah mengenai penetapan harga khusus batu bara dalam penerapan domestic market obligation (DMO) berimbas pada saham sektor per- tambangan. Selain itu, rencana penurunan tarif tol bisa memengaruh­i ekspektasi investor terhadap emitenemit­en yang menggarap konstruksi jalan tol. Dalam jangka pendek, hal itu dapat memengaruh­i keuangan emiten, tetapi tidak akan memengaruh­i fundamenta­l kondisi perusahaan.

’’Fundamenta­l emiten secara umum masih baik, terlihat dari masih besarnya dana belanja modal yang dianggarka­n tahun ini. Sehingga investor bisa melakukan aksi beli secara selektif,’’ ujar Edwin. Namun, sepanjang tahun, lanjut dia, sentimen yang masih akan membayangi bursa saham adalah ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

 ?? HOW HWEE YOUNG/EPA-EFE ?? WASWAS: Dengan menenteng paper bag Coach yang merupakan merek AS, perempuan Tiongkok berjalan di pusat perbelanja­an Beijing, Tiongkok, kemarin.
HOW HWEE YOUNG/EPA-EFE WASWAS: Dengan menenteng paper bag Coach yang merupakan merek AS, perempuan Tiongkok berjalan di pusat perbelanja­an Beijing, Tiongkok, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia