Pangkas Antrean IGD, Bangun Gedung Baru
RS Premier Surabaya Pastikan Pasien Ditangani Lebih Cepat dan Akurat
medis terhadap pasien yang memerlukan tindakan segera, seperti pasien stroke dan serangan jantung, harus ditangani dalam waktu sesingkat-singkatnya. Untuk itu, manajemen time saving for life saving mutlak diperlukan rumah sakit. Lazimnya, di instalasi gawat darurat (IGD),
triage (pemilahan berdasar kondisi kegawat daruratan) akan dilakukan sehingga pasien yang membutuhkan bantuan medis lebih cepat akan didahulukan. Padahal, pasien yang datang ke IGD rata-rata mempunyai persepsi bahwa sakitnya gawat dan berekspektasi segera ditangani. Sementara itu, kapasitas IGD lama cuma lima tempat tidur.
”Sehingga, bila lima tempat tidur tersebut telah penuh dengan pasien yang tingkat kegawatannya lebih tinggi setelah dilakukan triage, maka pasien dengan level kegawatan lebih rendah akan menunggu dalam waktu relatif lama. Akibatnya, terjadi antrean panjang di IGD,” jelas CEO RS Premier Surabaya dr Hartono Tanto.
Pasien dengan level kegawatan yang lebih rendah disarankan dr Hartono untuk berobat ke klinik umum atau spesialis selama jam operasional. ”Namun, kalau hari libur dan di luar jam operasional klinik, akan terjadi antrean panjang di IGD,” imbuhnya.
Agar pelayanan medis untuk pasien lebih optimal, RS Premier Surabaya membangun gedung baru tiga lantai. Lantai satu gedung baru difungsikan sebagai IGD dengan 10 bed, sedangkan lantai dua akan menjadi pusat layanan perawatan intensif (intensive care) seperti ICU/ICCU (15 bed), HCU (10 bed), dan NICU (tujuh bed). Sementara itu, lantai teratas menjadi kantor administrasi.
Beroperasinya gedung yang berada di area selatan bangunan existing tersebut mempersingkat waktu respons petugas medis. Sebab, jumlah pasien yang bisa diproses dalam waktu yang bersamaan lebih banyak. Dengan demikian, antrean pasien di instalasi gawat darurat (IGD) bisa berkurang.
”Awalnya kami hanya memproses lima pasien dalam waktu yang bersamaan, tapi kini bisa 10,” imbuh pria yang menempuh pendidikan S-2 di Manajemen Rumah Sakit Universitas Airlangga itu.
Saat ini RS Premier Surabaya memiliki 168 bed yang bisa diperluas menjadi 201 bed. Layanan tersebut didukung tenaga medis dokter umum yang menjalani pelatihan secara berkala setahun sekali untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan kemampuan.
Dukungan fasilitas medis yang dimiliki juga membuat RS Premier Surabaya dipercaya masyarakat. Rumah sakit yang telah meraih akreditasi internasional Joint Commission International itu dilengkapi dengan peralatan yang canggih dan modern.
”Peralatan medis yang digunakan, sebagaimana di rumah sakit lain, digunakan sekali pakai atau disposable untuk menjamin kesterilan layanan terhadap pasien,” tutur dr Hartono.
Kualitas pelayanan berstandar tinggi di RS Premier Surabaya terbukti dengan angka kematian pasien yang relatif rendah dibandingkan dengan angka standar nasional yang ditetapkan. Rata-rata masa rawat inap pasien pun relatif singkat, yakni tiga hari.
Pencapaian itu tak lantas membuat RS Premier Surabaya berpuas diri. Untuk semakin meningkatkan pelayanan medis kepada masyarakat, rumah sakit di kawasan Nginden Barat itu akan membuka heart center dan tambahan ruang isolasi untuk penyakit menular, seperti tuberkulosis akut dan flu burung, pada Juli 2018. Ruang isolasi didesain agar sirkulasi udara memiliki tekanan negatif sehingga penyakit tidak menjangkiti siapa pun yang berada di luar ruang itu.