Antisipasi Dampak Perang Dagang
Ancam Pasar Saham dan Finansial
JAKARTA – Kondisi ekonomi global berpotensi memanas seiring perang dagang di depan mata. Dua negara besar, Amerika Serikat dan Tiongkok, terlibat saling gertak perang tarif perdagangan.
Meski tidak memberikan pukulan langsung bagi perdagangan Indonesia, indikasi perang dagang tersebut perlu diwaspadai. Potensi yang paling dikhawatirkan terhadap keberlangsungan ekonomi Indonesia adalah banjirnya produk dari Tiongkok. Juga, sentimen di pasar saham dan finansial.
’’Dengan menyempitnya celah perdagangan AS, bukan tidak mungkin Tiongkok akan mencari pasar baru, termasuk di ASEAN. Yang paling potensial adalah Indonesia,’’ ujar ahli perdagangan internasional dari Universitas Indonesia Dr Fithra Faisal.
Sebagaimana diketahui, AS meminta kenaikan tarif impor USD 50–60 miliar untuk sejumlah produk Tiongkok yang masuk ke AS. Di sisi lain, Tiongkok merespons tindakan AS dengan merencanakan menaikkan sejumlah tarif bea masuk. Tiongkok siap menaikkan biaya impor pada sekitar 120 barang impor dari AS.
Potensi dampak perang dagang pada pasar finansial harus diperhatikan pemerintah. ’’Pemerintah untuk jangka pendek harus mengantisipasi pergerakan di sektor finansial. Ada bauran kebijakan antara pemerintah selaku otoritas fiskal dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter,’’ tutur Fithra.
Dia menambahkan, potensi ancaman sektor finansial semakin meningkat karena Tiongkok mulai mengevaluasi kepemilikannya terhadap surat utang Amerika. ’’Kalau itu dievaluasi dan kemudian ada keguncangan di pasar obligasi, itu akan meningkatkan prospek suku bunga internasional,’’ paparnya.
Akibatnya, cost of financing jadi lebih tinggi. ’’Secara fundamental, ini memengaruhi kondisi perusahaan yang terlibat di IHSG. Akan ada potensi penurunan yang cukup tajam kalau terjadi terus-menerus,’’ lanjut Fithra.
IHSG Rawan Merah Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini diperkirakan masih rentan berada di zona merah. Pelemahan yang terjadi pada IHSG pekan lalu merupakan kali keempat sepanjang 2018 berjalan ini. Hal itu cenderung disebabkan kepanikan berlebihan dari para pelaku pasar dalam menyikapi sentimen yang ada.
Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pelaku pasar terlalu panik. ’’Sehingga merugikan mereka sendiri, dibandingkan melihat sisi positif dari kinerja para emiten dan masih stabilnya ekonomi dalam negeri,’’ katanya kemarin (26/3).
Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan PT BEI Oskar Herliansyah mengatakan, pekan lalu laju IHSG mengalami perubahan sejalan dengan koreksi yang terjadi pada indeks saham global dan Asia.