Guyub Rayakan Sedekah Bumi
Tradisi Warga Lempung
SURABAYA – Dunia boleh terus bergerak ke arah modernitas. Meski hamparan ladang tergantikan dengan ”hutan” beton dan perumahan, warisan budaya harus tetap dilestarikan. Salah satunya, tradisi sedekah bumi.
Hal itu disampaikan Agus Hadi, ketua RW 5 Lempung, Kelurahan Lontar, Sambikerep, dalam perayaan tahunan sedekah bumi kemarin siang (25/3). Sejak Sabtu malam (24/3), ratusan orang berkumpul di balai RW 5. Ada sebelas RT dalam RW 5.
Mula-mula, mereka mengaji dan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan YME. Mereka berdoa selepas ibadah salat Magrib hingga menjelang pukul 00.00
Menjelang pagi, mereka menuju punden. Sebuah situs yang terletak di sisi timur gedung balai RW. Di tempat itu, warga dan sesepuh menabur bunga serta meletakkan sesaji. ”Dahulu, tempat itu satu-satunya sumber mata air di kawasan ini. Sekarang sudah mengering dan tempat itu tetap sakral,” tutur Agus.
Nah, setelah tabur bunga dan berdoa di punden, warga kembali ke rumah masing-masing untuk memasak nasi tumpeng. Hampir setiap KK dari 11 RT memasak nasi tumpeng. Kalau sudah jadi, tumpeng dibawa ke balai RW untuk selanjutnya disantap bersama.
Meski lahan persawahan sudah tidak ditemui lagi di kawasan tersebut, warga tetap percaya bahwa menyantap tumpeng akan mendatangkan keberkahan bagi kegiatan mereka seharihari. ”Meski sudah tidak ada hasil bumi, warga percaya tumpeng bisa membawa keberkahan,” lanjut Agus.
Dia menambahkan, dalam setahun kegiatan itu diselenggarakan satukali.Perayaannyamenggunakan perhitungan Jawa. Memilih salah satu di antara tiga bulan yang dianggap suci. Bisa dilakukan pada Jumadil awal, Jumadil akhir, atau Rajab. ”Nah, perayaan tahun ini warga meminta dilakukan pada Rajab,” terangnya.
Perayaan sedekah bumi semakin meriah dengan pertunjukan wayang kulit dalang Ki Sumiran. Di tengah peradaban yang terus berkembang, warga diingatkan bahwa hidup sebagai suku Jawa harus terus membumi dan menyatu dengan alam.