’’Kenalan’’ dengan Burung Hantu
SURABAYA – Dua tiang besi menjadi tempat bertengger beberapa burung hantu. Burungburung tersebut merupakan koleksi anggota We Owl Surabaya (Woles). Kemarin (25/3) mereka berkumpul untuk menyosialisasikan salah satu spesies burung karnivora itu kepada pengunjung Pakuwon Trade Center.
Sekitar 25 anggota komunitas berpartisipasi. ’’Ini baru sebagian. Anggota kami berasal dari Surabaya, Jakarta, dan Boyolali,’’ tutur Humas Woles Zainul Arifin. Setiap anggota komunitas boleh memiliki burung hantu berjenis apa pun. Mulai beluk ketupa, serak jawa, beluk jampuk, celepuk, hingga oriental bay owl.
Biasanya gathering dimaksudkan untuk mengenalkan satwa malam tersebut kepada masyarakat. Sebab, selama ini burung hantu memiliki kesan magis dan dianggap liar. Padahal, jika dipelihara dengan baik, burung hantu bisa menjadi jinak dan penurut.
Burung hantu juga bisa dilatih. ’’Salah satu yang kami ajarkan itu fly to me,’’ kata Zainul. Caranya, pemilik melepas burung, kemudian berdiri dengan jarak 10 meter dari burung. Lalu, si pemilik memanggil nama burung agar terbang menghampiri. Sembari memanggil, pemilik akan mengibas-ngibaskan sarung tangan yang diberi kerincingan.
Burung hantu memiliki cakar yang kuat dan tajam. Meski burung hantu tidak bermaksud menyakiti, pemilik harus mengenakan pelindung lengan saat melakukan latihan fly to me. Namun, kemarin atraksi itu belum dapat dilakukan karena banyak pengunjung.
Untuk perawatan, burung hantu biasa dimandikan dan dijemur setiap hari. Untuk makanan, burung hantu biasa memakan tikus putih, burung pipit, dan anakan puyuh.
’’Burung ini unik. Dia memiliki mata yang menghadap depan. Juga, bisa memutar kepalanya hingga 180 derajat,’’ tambah pemilik burung beluk ketupa berusia tiga tahun itu.