Jawa Pos

Berharap Prestasi Murid Bisa Melebihi Dirinya

- TYASEFANIA FEBRIANI, Surabaya

Sudah 16 tahun Heru Astriyanto menekuni atletik. Pelari spesialis nomor 400 meter itu tercatat sebagai penyumbang emas pada SEA Games 2011 di Palembang. PON XX/2020 di Papua nanti menjadi ajang terakhirny­a sebagai atlet profesiona­l. Aktivitas setelah itu sudah dipersiapk­an oleh bapak satu anak tersebut.

USIANYA memang baru 31 tahun. Tapi, untuk ukuran atlet, itu sudah termasuk usia senja. Heru Astriyanto menyadari hal tersebut. Dia pun berencana mundur sebagai atlet puslatda setelah PON dua tahun mendatang. Saat PON 2020, usianya sudah 33 tahun.

Adanya batasan usia 35 tahun pada PON membuat Heru tak mungkin lagi mengikuti multievent olahraga terbesar di Indonesia tersebut pada 2024. Karena itu, Heru telah menyiapkan ”ladang” baru sebagai bekal sepulang dari Papua.

Pada Februari 2017, Heru mendirikan sebuah klub yang dinamainya Nest Athletic Club. Bersama sang istri dan seorang teman, dia punya visi untuk menjadikan Tulungagun­g sebagai sarang atlet atletik di Jawa Timur. ”Sebagai bentuk balas budi, karena saya dari nggak punya apaapa jadi bisa seperti sekarang,” ungkap Heru.

Awalnya, Heru prihatin dengan prestasi atletik Tulungagun­g yang sedikit dan tidak terkoordin­asi dengan baik. Sering mengikuti kejuaraan, tapi meraih sedikit gelar juara. Hal itulah yang membuatnya Heru ingin mencetak pelari andal sebanyak-banyaknya dari daerah asalnya. Dia tak mematok tarif untuk atlet yang ingin bergabung di klubnya. Bahkan, lantai 2 rumahnya digunakan untuk menampung para atlet dari pelosok yang bersekolah di daerahnya.

Walau masih disibukkan dengan jadwal latihan sebagai atlet puslatda, Heru tetap berusaha membagi waktu antara karir keatletan dan klub. Untung, istrinya, Dwi Agustinah, adalah mantan atlet atletik. Dia pernah menjadi sprin-

ter di puslatda DKI Jakarta. Dengan begitu, pembagian tugas mengurus klub menjadi lebih mudah.

Atlet kelahiran 6 Juni 1987 tersebut sudah mengantong­i sertifikat IAAF (organisasi atletik internasio­nal) sebagai pelatih. Sertifikat itu dia dapatkan setelah PON XIX/2016 Jabar. Dengan berbekal pengalaman sebagai atlet plus berbagai pelatihan yang telah diikuti, Heru percaya diri dalam menyusun program dan metode pelatihan bagi atlet binaannya.

”Istri yang mengawasi dan menjalanka­n program karena saya tidak tentu pulang. Kadang diskusi via WhatsApp dengan video yang dikirimkan ke saya supaya bisa dilihat kekurangan­nya,” ucap ayah Dastan

Satria Astriyanto Putra itu.

Saat ini sudah ada 13 atlet yang bergabung di klub miliknya. Ratarata adalah juara tingkat pelajar di Tulungagun­g. Heru bercita-cita memunculka­n atlet atletik dengan kaliber yang tidak berhenti di daerah saja. ”Prestasi mereka harus melebihi saya,” ucapnya.

Sebelum menjadi pelari, Heru adalah pesepak bola. Namun, sejak masuk SMA Negeri Olahraga (Smanor) Jatim pada 2004, dia beralih ke cabor atletik. Mulanya, dia spesialis nomor 800 meter. Namun, di jarak menengah itu dia sulit menorehkan prestasi optimal. Hingga akhirnya Heru memutuskan untuk mengganti nomor spesialisa­sinya menjadi 400 meter.

 ?? TYASEFANIA FEBRIANI/JAWA POS ?? MASA DEPAN: Heru Astriyanto di sela-sela tes fisik puslatda atletik Jatim di lapangan Thor, Surabaya, kemarin. Dia mempersiap­kan diri mengikuti PON XX/2020 di Papua.
TYASEFANIA FEBRIANI/JAWA POS MASA DEPAN: Heru Astriyanto di sela-sela tes fisik puslatda atletik Jatim di lapangan Thor, Surabaya, kemarin. Dia mempersiap­kan diri mengikuti PON XX/2020 di Papua.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia