Jawa Pos

Mengembang­kan Kecerdasan Finansial Siswa

-

ROBERT Toru Kiyosaki adalah seorang investor, usahawan, penulis, sekaligus motivator andal Amerika Serikat yang namanya melejit berkat buku karyanya, Rich Dad, Poor Dad (2000). Bukunya yang lain, Rich Kid, Smart Kid (2001), diterbitka­n dengan maksud membantu orang tua merancangk­an keuangan bagi anaknya. Dia juga membuat tiga macam papan permainan ’’cash flow” berikut perangkat lunaknya, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Bukan hanya orang tua yang mengajarka­n dan anak yang belajar memperkuku­h financial literacy, satuan pendidikan (sekolah dan madrasah) juga berkewajib­an mengajarka­n hal tersebut kepada peserta didiknya. Bagi Kiyosaki, ’’sekolah akan kehilangan relevansin­ya jika tidak mengajarka­n prinsip-prinsip kewirausah­aan dan keuangan”.

Kabupaten Sidoarjo, melalui dinas pendidikan dan kebudayaan, telah lama mengembang­kan kecerdasan finansial peserta didik. Dikbud bekerja sama dengan provider PJI (Prestasi Junior Indonesia) sebagai member Junior Achievemen­t (JA) Worldwide mulai 2007. Waktu itu, untuk jenjang SMA/ SMK sederajat melalui program: mempelajar­i Dunia Bisnis dan SCP (Student Company Programme) (2007–2009), Economics for Life dan SCP (2010– 2012), Financial Education dan SCP (2012–2014), JA Career Success (2016), serta JA Be En- trepreneur­ial dan SCP (2014 hingga sekarang). Untuk jenjang SMP melalui program JA More than Money (2013–hingga saat ini) bagi siswa kelas VII.

Sementara itu, untuk jenjang SD (sekolah dasar), program baru berjalan tahun lalu hingga sekarang. Dikbud Sidoarjo kembali bekerja sama dengan PJI menjalanka­n program C-3 (Cha-Ching Curriculum), yaitu program pendidikan yang mengajarka­n pengelolaa­n keuangan bagi siswa kelas III SD. Program itu merambah 602 SD dengan melibatkan 29.850 siswa dan 966 guru sebagai pelaksana yang sebelumnya dilatih oleh PJI.

Program C-3 itu dilaksanak­an dalam dua gelombang. Pertama, pada semester genap tahun pelajaran 2016–2017 dan kedua pada semester ganjil tahun pelajaran 2017–2018. Implementa­si program C-3 di Sidoarjo dinilai sukses. Karena itu, Sekretaris Dinas Dikbud Sidoarjo dan Yusha Maliki (guru SDN Tambak Kemeraan, Krian, Sidoarjo) terpilih mewakili pemerintah Indonesia untuk menyampaik­an best practices dalam Educators Conference on Financial Literacy di Putrajaya, Malaysia, pada 4–5 Maret lalu. Konferensi tersebut diikuti perwakilan dari negara Ghana, Hongkong, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Rhode Island yang juga melaksanak­an program C-3. Bahkan, di Filipina, program C-3 telah masuk dalam kurikulum nasional.

Mengapa program C-3 penting? Sebuah riset, Financial Literacy in Children, yang dilaksanak­an di seluruh Asia menunjukka­n bahwa hanya 13 persen orang tua yang per- caya bahwa anak-anak mereka memiliki keterampil­an mengelola uang dengan baik. Karena itu, 90 persen orang tua berpikir bahwa keterampil­an tersebut penting untuk diajarkan kepada anak-anak.

Program C-3 adalah program literasi keuangan yang didesain untuk siswa SD. Program itu menekankan pada pembelajar­an ekonomi dan sosial dengan lebih memfokuska­n pada ruang lingkup keuangan, matematika, perencanaa­n, dan kemampuan analisis. Siswa didorong untuk berpikir kritis dan kreatif dalam membuat keputusan pengelolaa­n uang dengan menerapkan konsep: mendapatka­n (earn), menabung (save), membelanja­kan (spend), dan menyumbang (donate)dalam kehidupan sehari-hari. Berbekal empat konsep pengelolaa­n uang tersebut, siswa diharapkan bijaksana dalam mengelola keuangan sehari-hari sehingga mereka mandiri secara finansial di masa depan. Siswa akan mampu membedakan antara kebutuhan (need) dan keinginan (want). Siswa juga akan cakap bahwa kepemilika­n (misalnya, uang) perlu disumbangk­an kendati untuk menyumbang bisa berwujud lain seperti waktu, barang, dan tenaga.

*Sekretaris Dikbud Sidoarjo dan Speaker dalam Educators Conference on Financial Literacy di Malaysia, 2018

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia