Kasus Skripal Berpotensi Picu Perang Dingin Baru
BRUSSEL – Rusia terus ditekan. Setelah Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Uni Eropa (UE), giliran NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) yang mengusir diplomat dari Negeri Beruang Merah itu. Total tujuh diplomat Rusia diminta hengkang. Mereka juga menangguhkan penunjukan tiga diplomat Rusia yang baru.
”Ini untuk mengirimkan pesan yang jelas kepada Rusia. Ada harga atas tindakan mereka,” ujar Sekjen NATO Jens Stoltenberg seperti dilansir Reuters. Yang dimaksud Stoltenberg tak lain adalah percobaan pembunuhan mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, dengan racun Novichok pada 4 Maret lalu. Saat ini tersisa sepuluh perwakilan Rusia di NATO.
Meski hubungan NATO-Rusia tegang, mantan PM Norwegia itu menegaskan bahwa mereka tetap ingin menempuh jalur dialog. Jerman yang telah mengusir diplomat Rusia juga setuju bahwa dialog perlu dilakukan. ”Kita harus berusaha sebisanya untuk mencegah Perang Dingin baru dengan Rusia,” tegas anggota Bundestag –sebutan parlemen Jerman– dari Partai Social Democrats (SPD) Gernot Erler kepada Passauer Neue Presse.
Kemarin Montenegro juga menyusul langkah 25 negara yang lebih dahulu mendepak diplomat Rusia. Negara yang menjadi anggota NATO termuda itu bahkan menghapus gelar konsul kehormatan Rusia. Hubungan Rusia-Montenegro sebenarnya sudah panas pada Oktober 2016. Kala itu Rusia dituding mendukung plot pembunuhan PM Montenegro untuk menggulingkan pemerintahan.
Rusia tentu saja tak terima menjadi bulan-bulanan. Mereka balik meminta Inggris membuk- tikan bahwa anggota intelijen Inggris tidak terlibat dalam usaha pembunuhan Sergei Skripal. ”Jika ini (kampanye anti-Rusia) terus berlangsung, kita akan terjebak dalam situasi seperti Perang Dingin,” ujar Grigory Logvinov, duta besar Rusia untuk Australia.