Jawa Pos

Utamakan Tema ketimbang Popularita­s Mentor

Komunitas Literaturi­a Gagas Workshop Writing Weekend

-

Memberikan tempat untuk mereka yang tertarik pada kegiatan literasi, Komunitas Literatiru­a menggagas kegiatan Writing Weekend. Segala hal tentang teks mereka bahas. Sesuai namanya, acara itu diadakan setiap akhir pekan meski karena sejumlah kendala belum bisa berjalan rutin.

DEBORA DANISA SITANGGANG

RUANG kosong di tengah Kafe Food Coma, Jalan Ngagel Jaya Utara, mulai diisi kursi Minggu sore itu (25/3). Ada sekitar 20 kursi yang disediakan untuk mereka yang punya ketertarik­an menulis. Jumlah itulah yang ditentukan Komunitas Literaturi­a dalam workshop kali ini. Bertajuk

Writing Weekend, sesi itu diperuntuk­kan siapa pun yang bukan anggota komunitas, tapi ingin ikut menimba ilmu literasi dan cara menulis.

Terbentukn­ya komunitas tersebut berawal dari kegiatan anak-anak muda yang tergabung dalam Surabaya Youth. Suatu ketika, mereka mengadakan event literasi yang diberi nama Literaturi­a. Bersamaan dengan itu, Surabaya sedang gencar-gencarnya membangun branding sebagai kota literasi.

Event yang diselengga­rakan pada September 2016 tersebut ternyata mendapat respons positif

Dari situlah, Literaturi­a diteruskan menjadi sebuah komunitas tersendiri, tetapi tetap berada di bawah Surabaya Youth. ”Ada 11 orang yang menjadi pengurus di komunitas ini,” tutur Project Officer Literaturi­a Fazrah Heryanda.

Ian –sapaan Fazrah Heryanda– mengatakan, semangat komunitas itu adalah meningkatk­an literasi kaum muda di Surabaya. Tidak hanya literasi terhadap buku teks, tetapi juga semua jenis teks. Entah itu film, musik, maupun media digital. ”Kami nggak hanya berfokus di satu medium. Malah, ke depan kami ingin banyak berbicara soal literasi media digital,” jelasnya.

Banyak kegiatan yang mereka lakukan selama 1,5 tahun berdiri. Misalnya, Twittalk atau semacam kultwit soal literasi. Ada juga membacakan puisi sesuai tema yang ditentukan dalam Lit Spoken Word. Nah, yang baru saja mereka mulai rutinkan adalah Writing Weekend alias workshop menulis di akhir pekan. Jenis tulisan apa saja bisa dibahas di sini. ”Bisa apa saja. Sebab, banyak hal yang kita lakukan butuh kemampuan menulis yang bagus,” ujarnya.

Di Writing Weekend volume pertama, mereka mengangkat tema tentang menulis konten di blog atau majalah. Isunya, sekarang ramai artikel clickbait di dunia maya. Nah, Literaturi­a ingin berbagi ilmu dan berdiskusi tentang bagaimana menulis konten yang bagus tanpa harus ’’memaksa” orang tertarik dengan clickbait hoax.

Biar makin menarik, workshop

yang berlangsun­g selama tiga jam tersebut cuma menyisipka­n sedikit teori. Sisanya berupa praktik. ”Peserta yang datang diajak untuk langsung praktik menulis. Satu per satu juga dibimbing mentornya yang membawakan materi,” jelas Ian. Karena itulah, Writing Weekend

tidak bisa memuat peserta terlalu banyak. Maksimal 20 orang.

Minggu sore itu memasuki volume kedua. Mereka memilih tema menulis naskah film pendek. Menurut Ian, workshop menulis naskah film sangat menarik karena banyak juga anak muda yang berminat di dunia film.

Ian bercerita, sebenarnya ada beberapa komunitas literasi di Surabaya. Mereka biasanya juga mengadakan kelas menulis. Lantas, apa yang membedakan Writing Weekend dengan workshop lainnya? ”Kami sebisanya mencari mentor yang dari Surabaya,” terang Ian.

Ya, dia sering mendapati bengkel menulis yang diadakan di Surabaya, tapi memanggil pemateri dari luar kota. Namanya lebih dikenal sehingga menarik minat banyak peserta. Sementara itu, belum banyak pekerja kreatif, terutama di dunia kepenulisa­n, asli Surabaya yang dikenal.

Kendalanya tentu lebih besar. Mendatangk­an pemateri lokal yang belum dikenal biasanya kurang dilirik anak-anak muda. Namun, Ian dan kawan-kawan yakin, masih banyak penggemar literatur yang lebih mengutamak­an isi materi ketimbang popularita­s mentornya. ”Meskipun belum kenal mentornya, mereka tetap mau datang karena tertarik temanya,” sambung Ian.

Saat ini Writing Weekend memang belum dilaksanak­an secara rutin. Jarak volume pertama dengan kedua cukup lama, sekitar tiga bulan. Ian menuturkan, kendala biasanya dihadapi saat mencari mentor. Selain itu, kawankawan Literaturi­a harus membagi waktu dengan kegiatan lain.

Ian sendiri, selain menjadi editor majalah, disibukkan dengan kegiatan sebagai freelance copywriter di studio desain. ”Tapi, kami ingin bisa diadakan setiap akhir minggu,” harap Ian, supaya sama dengan nama kegiatanny­a, Writing Weekend.

 ?? DEBORA DANISA SITANGGANG/JAWA POS ?? PERTEMUAN VOLUME II: Penulis skenario film indie di Surabaya Theo Maulana (kanan) menjadi pembicara Writing Weekend di Kafe Food Coma, Jalan Ngagel Jaya Utara, pada Minggu (25/3).
DEBORA DANISA SITANGGANG/JAWA POS PERTEMUAN VOLUME II: Penulis skenario film indie di Surabaya Theo Maulana (kanan) menjadi pembicara Writing Weekend di Kafe Food Coma, Jalan Ngagel Jaya Utara, pada Minggu (25/3).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia