Tetap Ikuti Anjuran Pabrikan
Mitos dan Fakta Seputar Perawatan Pelumas Kendaraan
Cara paling simpel dan aman untuk membuat kendaraan terawat dengan baik adalah rutin membawanya ke bengkel resmi. Namun, sebagai pengguna, tak ada salahnya untuk memahami fungsi dan fakta yang benar seputar hal-hal yang perlu diganti secara berkala. Salah satunya adalah pelumas.
ADA banyak asumsi mengenai waktu penggantian pelumas atau oli yang tepat. Semakin mudahnya mendapatkan oli tanpa harus ke bengkel resmi serta semakin banyaknya orang yang bisa mengganti pelumas sendiri membuat pemilik roda empat maupun roda dua memilih mengganti oli di luar rekomendasi bengkel resmi. Namun, menurut ahli, ada hal-hal yang tetap patut diperhatikan.
Pertama adalah pola mobilitas kendaraan. Itu berkaitan erat dengan frekuensi penggantian pelumas. Kendaraan yang lebih sering terjebak kemacetan secara teknis membutuhkan penggantian pelumas yang lebih intens daripada kendaraan yang selalu terbebas dari macet.
’’Macet membuat beban mesin lebih berat. Suhu kerja yang meningkat membuat umur pakai berkurang,’’ ujar Technical Specialist PT Pertamina Lubricants Agung Prabowo.
Menurut Agung, setiap kenaikan suhu 10 derajat Celsius, umur pelumas bisa berkurang hingga 50 persen. Untuk itu, pemilik kendaraan juga harus memastikan fungsi cooling system pada kendaraan bekerja dengan baik. ’’Apalagi, mesin sekarang ukurannya lebih ringkas dan rasio kompresinya tinggi,’’ tambah Agung.
Lantas, mana yang lebih benar: mengganti pelumas berdasar kilometer atau rentang waktu? Agung menjelaskan bahwa keduanya bisa dijadikan patokan. Namun, yang lebih penting adalah mengikuti saran pabrikan kendaraan. Sebab, jarak penggantian oli bisa jadi berbeda-beda bergantung tipe mesin dan jenis transmisi.
’’Meskipun begitu bisa dikatakan bahwa jika belum mencapai kilometer tertentu tapi jika usia pelumas maksimal enam bulan untuk mobil dan tiga bulan untuk roda dua, pelumas sebaiknya diganti. Mengabaikan hal itu bisa memicu munculnya korosi akibat asam yang terbentuk,’’ papar Agung.
Ada asumsi awam yang beredar bahwa kepekatan warna pada pelumas bisa dijadikan parameter waktu penggantian. Namun, hal tersebut dibantah Agung. Menurut dia, oli berwarna pekat adalah hal yang wajar. Warna pekat pada oli muncul karena pelumas mengikat partikel kecil agar tidak menggumpal dan menjadi endapan. Dengan demikian, warna tidak bisa dijadikan sebagai indikator untuk waktu penggantian pelumas.
’’Akan lebih presisi dengan mengecek filter oli dan lihat kertasnya. Jika kertas kotor dalam waktu, berarti oli bagus karena berhasil mengikat kotoran,’’ urainya.
Agung menambahkan, kesalahan yang juga cukup umum adalah kebiasaan gonta-ganti oli. Memang itu tidak sepenuhnya salah. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah cara penggantiannya. Untuk penggantian pelumas dengan jenis dan merek yang sama, pemilik bisa menerapkan cara membuang, lalu mengisi dengan yang baru.
Tetapi, untuk kasus mengganti oli dengan merek yang berbeda, pemilik perlu melakukan flushing secara total alias menguras sisa-sisa pelumas yang lama sebelum digantinya dengan yang baru.
Berbeda halnya jika membahas penggantian pelumas sintetis ke konvensional. Meskipun secara jenis berbeda, menurut Agung, kebiasaan itu dapat ditoleransi dengan catatan spesifikasi oli sama.
Kepala Bengkel Auto2000 Krida Rudy Ganevia juga menegaskan bahwa cara paling optimal untuk merawat kendaraan sampai detail yang kecil seperti mengganti pelumas disarankan untuk selalu dilakukan di bengkel resmi.