Pernah Dapat Tugas Napak Tilas Leluhur
Patmo Suwondo, Pemandu Wisata Warga Asing
Sudah puluhan kali Patmo Suwondo mendampingi warga negara asing yang singgah di Kota Madiun. Objek apa saja yang dikunjungi bule-bule itu?
DILA RAHMATIKA, Madiun
PADA foto itu, Patmo Suwondo terlihat berbincang santai dengan warga negara asing di sebuah kafe. Foto-foto lain ber-setting pasar tradisional, masjid, hingga objek wisata alam.
Ada pula hasil jepretan kamera bergambar Suwondo bersama seorang bule sedang mengendarai motor. ’’Mereka lebih enjoy naik motor,’’ kata Suwondo.
Sejak enam tahun terakhir, pemuda 27 tahun itu memang akrab dengan turis asing. Mereka umumnya bule yang singgah di Kota Madiun dalam perjalanan menuju daerah wisata seperti Jogjakarta, Bali, dan Banyuwangi.
Keterlibatan Suwondo sebagai tour guide itu berawal dari perkenalannya dengan Ammia Pramayasti, salah seorang anggota komunitas pencinta sejarah di Kota Madiun yang bersuami pria berkebangsaan Norwegia. ’’Waktu main ke rumah beliau (Ammia, Red), banyak bule di sana. Mereka kebanyakan mengenal Madiun dari situs backpacker buatan Bu Ammia,’’ ungkapnya.
Dari perkenalan itu, Suwondo dipasrahi Ammia mencarikan tempat singgah dan mengantar jalan-jalan saat ada turis asing yang hendak singgah di Madiun. ’’Dua tahun lalu seringnya tidur di rumah Bu Ammia. Tapi, sejak beliau pindah ke Norwegia, mereka tidurnya di rumah saya atau rumah teman,’’ tuturnya.
Bukan perkara mudah mendampingi bule jalan-jalan. Suwondo harus bisa menangkap keinginan mereka ketika singgah di Kota Madiun.
’’Dari ngobrol dan mengandalkan insting, jadi tahu keinginan mereka apa. Yang jelas, kebanyakan menyukai wisata sejarah dan budaya,’’ kata warga Jalan Serayu, Kota Madiun, tersebut.
Suwondo memberi label pelesiran bersama bule itu travel back door. Yakni, wisata yang menyuguhkan landscape Kota Madiun dari berbagai sisi yang tersembunyi. ’’Bisa mengunjungi pasar tradisional atau melihat acara bersih desa,’’ paparnya.
Pasar Puntuk, misalnya. Berbagai barang bekas, mulai buku, sepatu, hingga perangkat elektronik, di pasar itu mampu membuat turis terheranheran. ’’Saat di lokasi, kadang saya ceritakan kepada mereka pedagang yang sudah puluhan tahun berjualan di pasar itu,’’ tuturnya.
Suwondo pernah mendapat tugas dari seorang bule untuk napak tilas leluhur. Awalnya, sang turis menyodorkan foto sebuah bangunan.
Dari foto itu, Suwondo menelusuri bangunan yang mirip dengan gambar tersebut. ’’Pernah ada yang kasih foto rumah orang tuanya dulu. Setelah saya amati, ternyata sekarang rumah dinas Sekda (sekretaris daerah, Red) di Jalan Sumbawa,’’ ungkapnya.
Kerap mendampingi bule berwisata memberikan keuntungan tersendiri bagi Suwondo. Di antaranya, kemampuan bahasa Inggrisnya meningkat.
’’Dulu waktu belum begitu mahir, malam sebelum dampingi turis, saya biasanya menyusun dulu daftar percakapannya,’’ ujarnya.
Suwondo merasa lebih enjoy saat mendampingi warga negara Filipina. Sebab, bahasa Inggris-nya lebih mudah dicerna. Berbeda dengan turis asal Australia dan Inggris.
’’Aksen British-nya sangat kental. Agak susah dipahami,’’ katanya.