KIPRAH DI MESIN PORTABEL
JIKA Senjou no Valkyria seri pertama membantu PlayStation3 memberikan perlawanan kepada Wii, sekuelnya melakukan hal serupa di ranah portabel. Senjou no Valkyria 2 dirilis pada 2010 ketika PlayStation Portable (PSP) sedang dipecundangi oleh Nintendo DS.
Bagi Sega, tak banyak pilihan memang. Program Canvas Engine sudah dibuat lebih simpel agar bisa berfungsi di layar mungil. Tapi, DS tak cukup mampu. Opsinya tinggal PSP yang teknologinya lebih canggih. Perubahan medium dari home
system ke portabel cukup berisiko. Karena itulah, mungkin cerita yang ditampilkan dalam gamenya tak terlalu berkaitan. Berlatar dua tahun setelah akhir perang di seri pertama, pasukan protagonis melawan kelompok yang melakukan pembantaian etnis.
Tapi, Sega cepat belajar. Begitu pemrograman dikuasai, mereka segera menyiapkan seri ketiga. Hadirlah Senjou no Valkyria 3 pada awal 2011, sekali lagi untuk PSP. Kali ini cerita kembali tentang Gallia melawan empirium. Protagonisnya adalah unit kecil Gallia yang dapat tugas kotor. Unsur politik makin kental di seri ini.
Berikutnya, Sega membawa serial ini ke PlayStation4, Xbox One, dan PS Vita sekaligus. Judulnya Aoki Kakumei no Valkyria (Valkyria: Azure Revolution) yang diluncurkan awal tahun lalu. Ini merupakan seri sampingan dengan latar negeri Jutland. Unsur strateginya tergeser oleh aksi berpedang sebagaimana kebanyakan
action game 3D. Lebih parah lagi, Canvas Engine tak lagi digunakan.
Singkat cerita, seri sampingan ini tak sukses. Sega mengevaluasi kegagalan tersebut untuk merancang Senjou no Valkyria 4.