Jawa Pos

Pedagang Tidak Inginkan Pelaksana Tugas

Krisis Direktur di PD Pasar Surya

-

SURABAYA – Mulai hari ini, jajaran direksi Perusahaan Daerah Pasar Surya (PDPS) resmi nonaktif. Masa kepemimpin­an mereka habis kemarin (31/3). Meski ada kekosongan direksi, badan pengawas PDPS meyakinkan operasiona­l perusahaan tetap berjalan. Di sisi lain, pedagang berharap kursi direksi tersebut segera dijabat pejabat definitif, bukan sekadar pelaksana tugas (Plt).

Pilihan mendudukka­n Plt di kursi direksi menjadi solusi sementara yang diinginkan bawas. Nama-nama sudah disodorkan kepada wali kota, tetapi belum ada jawaban hingga kemarin.

Ketua Bawas PDPS Rusli Yusuf menyatakan, memang ada kekosongan per hari ini. ”Sebenarnya tidak masalah, operasiona­l tetap bisa berjalan. Tapi, memang untuk tanda tangan dokumendok­umen resmi belum bisa dilakukan,” jelas Rusli kemarin (31/3).

Dia menuturkan, fungsi direktur sementara akan dijalankan kepala bagian yang ada. Walaupun statusnya belum resmi menjadi Plt, masingmasi­ng Kabag yang ditunjuk sudah bisa menjalanka­n tugas tersebut per Senin. Dua nama Kabag yang masuk usulan Plt adalah Wahyu Siswanto (Kabag pembinaan pedagang) dan Yayuk Mujiati (Kabag akuntansi).

Operasiona­l memang tetap berjalan. Namun, perwakilan pedagang berharap posisi direktur bisa secepatnya diisi. Tidak sekadar digantikan Plt, tetapi diadakan rekrutmen langsung J

Wakil Ketua Kumpulan Pedagang Pasar Seluruh Surabaya (KPPSS) Mas’ud menjelaska­n bahwa posisi yang diisi Plt berlangsun­g sejak 2015. Dan selama itu, permasalah­an yang dikeluhkan ke PDPS tak kunjung terselesai­kan meski ada pejabat sementara yang mengisi posisi direktur.

Kebutuhan pedagang saat ini adalah soal perizinan penggunaan stan dan penyelesai­an keluhan terkait kondisi fisik pasar. ”Semua perizinan dan keluhan enggak bisa terselesai­kan dengan baik, pada waktu ada direksi maupun kosong,” jelas Mas’ud kemarin.

Banyak pedagang yang mengeluhka­n pengurusan surat izin herregistr­asi dua tahunan yang memakan waktu lama. ”Sampai berbulan-bulan,” lanjutnya.

Keluhan terhadap kerusakan fasilitas pun tidak bisa direspons cepat. Pasar Tambahrejo yang menjadi tempat Mas’ud berdagang dalam kondisi memprihati­nkan. Misalnya, banyak bagian lantai yang sudah tidak layak. Ada yang retak, bahkan copot.

Bagian atap bocor dan banjir selutut di dalam pasar ketika hujan deras. Mas’ud mengakui, sudah tiga tahun lalu dia melaporkan kerusakan-kerusakan tersebut. Tapi, tidak ada respons maupun tindakan sampai sekarang.

Padahal, tambah dia, pedagang selalu rutin membayar retribusi bulanan. Nilainya bergantung luas stan masing-masing. Namun, menurut pedagang, semurah apa pun retribusi yang dibayarkan, tetap tidak bisa menjadi alasan atas pelayanan yang buruk.

Mas’ud menegaskan, pedagang sudah kapok menerima Plt pejabat. ”Pelayanann­ya paling buruk setelah adanya Plt bentukan pemkot, jadi kami enggak mau lagi ada Plt-Plt-an,” tuturnya.

Lantas, jika tidak ada persetujua­n Plt maupun perekrutan, apa yang diharapkan pedagang untuk sementara? Menurut Mas’ud, sambil menunggu proses rekrutmen, langkah yang diambil bawas saat ini sudah tepat. Yakni, mempercaya­kan tugas kepada Kabag-Kabag yang kompeten.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia