Jawa Pos

Hampir Menyerah karena Tidak Laku

Kreasi olahan dan varian rasa punya peran dalam bisnis kuliner. Diah Wulansari dengan Pisang Koening-nya mereguk untung setelah menyempurn­akannya dengan strategi bisnis yang tepat.

-

ASA Diah Wulansari dalam berbisnis penganan olahan pisang nyaris luntur pada malam pergantian tahun 2018. Ramainya pengunjung di Pazkul Kahuripan Nirwana, Sidoarjo, saat itu tidak berbanding lurus dengan penjualan produk Pisang Koening miliknya. ’’Ekspektasi saya, produk baru ini juga akan kecipratan ramai,’’ tutur Diah saat ditemui di outlet Pisang Koening di Pazkul.

Kala itu perempuan asli Sidoarjo tersebut menyiapkan olahan pisang dalam jumlah banyak. Semua dikerjakan sendiri. Mulai belanja pisang ke pasar hingga mengajari karyawan tentang resep barunya tersebut. Sebab, pada saat bersamaan, Dheny Kurniawan, suami Diah, tidak bisa membantu karena ada tugas ke luar kota.

Cobaan datang saat lemari pendingin yang baru dibeli Diah untuk jualan hari pertama tibatiba rusak. Padahal, kulkas tersebut dipersiapk­an untuk menyimpan sekitar 100 botol milkshake yang akan dijual. Hasilnya, minuman tersebut tidak laku karena tidak dingin.

Bukan hanya minuman yang tidak dilirik pembeli. Diah juga urung memanen untung dari penjualan Pisang Koening. Malam itu pemasukan Pisang Koening hanya Rp 200 ribu. Terjual sekitar 10 boks saja. ’’Saya sangat sedih karena stok olahan pisang yang begitu banyak terbuang begitu saja. Tidak bisa bertahan lama,’’ ungkapnya. Terlintas pikiran untuk tidak melanjutka­n usaha tersebut. ’’Mungkin usaha ini belum jodoh saya,’’ lanjut perempuan 27 tahun tersebut.

Namun, Diah memutuskan untuk meneruskan usaha yang dirintis bersama sang suami tersebut. Evaluasi dilakukan. Kesimpulan­nya, saat itu orang belum banyak mengenal Pisang Koening meski sudah dipromosik­an lewat media sosial.

Diah lantas memutar otak. Kegagalan saat malam tahun baru dijadikan cambuk untuk lebih gencar lagi dalam promosi. Kemudian, Diah memutuskan memakai jasa endorse foodgram lewat Instagram. ’’Setelah saya pakai jasa itu, semakin banyak orang yang tahu. Alhamdulil­ah rame terus sampai sekarang,’’ kata Diah.

Pisang Koening juga memanfaatk­an jasa layanan pesan antar Go-Food dan Grab-Food. ’’Orang yang beli difoto dan di-upload (ke medsos) secara tidak langsung juga membantu promosi kami.’’

Diah mengakui, usaha yang baru dirintis Desember 2017 itu sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Sebelumnya, produk sejenis Pisang Koening hit dan booming di Jakarta. ’’Tapi, kemasannya biasa saja dan belum banyak yang berani buka outlet seperti Pisang Koening. Kebanyakan masih rumahan,’’ ungkapnya.

Diah belajar resep-resep dari internet. Juga, melihat tayangan di YouTube. Lalu, dia mencobanya secara otodidak. ’’Saya modif sendiri biar beda dari yang lain dan

macemnya banyak,’’ jelasnya.

Pisang Koening memiliki tiga macam olahan pisang. Yaitu,

banana crispy atau pisang goreng orisinal, banana nugget atau olahan pisang yang dipadukan dengan keju, serta banana ball atau olahan pisang berbentuk bulat yang berisi cokelat lumer. Rasanya bervariasi. Antara lain, green tea, tiramisu, chocomalti­ne, taro, blueberry, dan stroberi. Harganya Rp 17 ribu–Rp 22 ribu.

Meski tergolong baru, omzet Pisang Koening lumayan. Penjualan sehari bisa mencapai 200 boks atau sekitar Rp 4 juta. Setidaknya sepuluh tandan dihabiskan dalam sehari. Suplai pisang diperoleh dari Malang.

Bersama Dheny Kurniawan, Diah bercita-cita usaha yang telah dirintis itu bisa menjadi bisnis keluarga yang besar. ’’Saya pilih kuliner karena memang suka coba-coba masak. Jadi, kenapa

nggak dicoba dengan ciri khas saya sendiri,’’ tuturnya.

 ?? CHARINA MARIETASAR­I/JAWA POS ?? ANEKA RASA: Beberapa produk Pisang Koening milik Diah Wulansari.
CHARINA MARIETASAR­I/JAWA POS ANEKA RASA: Beberapa produk Pisang Koening milik Diah Wulansari.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia