Penyakit Stroke Serang Tiba-Tiba
SURABAYA – Terapi cuci otak untuk menyembuhakn stroke menjadi sorotan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Praktik brain wash ternyata tidak ada dalam guideline pengobatan stroke. Meskipun di klaim berhasil, hal tersebut masih memunculkan perdebatan di kalangan dokter.
Dokter Yudhi Adrianto SpS FINR menyatakan, terapi cuci otak itu merupakan sebuah digital subtraction angiography (DSA). DSA merupakan sebuah langkah diagnostik terhadap stroke. Namun, dalam perjalanannya, DSA diakui sebagai sebuah proses terapi. ’’Hal tersebut dalam dunia kedokteran sesungguhnya tidak diperbolehkan,’’ kata neurolog Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) itu kemarin.
Proses DSA memasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha. Kateter akan menyemprotkan cairan kontras untuk mengetahui adanya pembekuan darah di otak. Penanganan juga dilakukan dengan pemberian cairan heparin. ’’Tapi, itu hanya bisa mencegah, bukan menghancurkan pembekuan,’’ katanya.
Yudhi menambahkan, selama ini dokter yang menangani stroke selalu berpedoman pada American Heart Association-American Stroke Association dan guideline penangan stroke kelompok studi persatuan spesialis dokter saraf Indonesia (PERDOSI). ’’Nah, dalam
guideline tersebut tidak ada tentang
brain wash atau cuci otak,’’ jelasnya.
Menurut dia, stroke merupakan penyakit yang datang dengan tiba-tiba. Itu berdasar pengalaman para pasien yang datang kepadanya. Tidak ada tandatanda apa pun sebelum hal tersebut terjadi. ’’Enak nonton TV tiba-tiba tangan lumpuh, padahal sebelumnya tidak ada gejala apa pun,’’ ujar neurolog yang sempat belajar di Korea Selatan itu.
Menurut dia, di zaman sekarang stroke tidak hanya menyerang kalangan orang tua. Remaja juga bisa terkena penyakit tersebut. Hal itu biasanya disebabkan adanya masalah pada pembuluh darah otak.