Warna-warni Kehidupan dalam Lukisan
The Color of Life Versi Agus Koecink dan I Made Somadita
SURABAYA – Sebanyak 33 lukisan karya dua pelukis ditampilkan di Galeri House of Sampoerna. Pameran berlabel The Color of Life itu dibuka malam ini (5/4) hingga 28 April.
Agus Koecink dan I Made Somadita adalah dua seniman yang berada di belakang pameran itu. Dalam pameran tersebut, mereka ingin menampilkan beragam corak warna kehidupan. Harmoni menjadi satu kata kunci dalam setiap hasil karya mereka. Harmoni itu tak terbatas antar-sesama manusia, tetapi juga dengan hewan, tumbuhtumbuhan, dan alam sekitar.
”Warna itu bukan hanya merah, kuning. Tapi, lebih tentang apa yang terjadi pada hidup kita setiap harinya,” ungkap I Made Somadita. Made, sapaannya, membawa 15 lukisan cak akrilik di atas kanvas. Dalam karyanya, Made menampilkan ciri khas garis-garis batas yang saling bersinggungan hingga tampak seperti ilusi bentuk.
Sebuah lukisan berukuran 25 x 20 sentimeter menampilkan biru dan hijau serta gurat-gurat hitam. Lukisan berjudul Interdependen itu merupakan karya Made. Lukisan tersebut menampilkan hewan yang menyerupai kucing dan harimau yang berjalan berdampingan.
Tetapi, jika diperhatikan lebih teliti, dua kaki depan harimau seperti menyatu dengan kaki belakang kucing. Garis corak bulu di wajah hingga tubuh harimau berilusi menjadi garis batas tubuh kucing. ”Ini kalau dilihat seperti keseluruhan badan hewan yang depan, tapi kakinya seperti milik hewan yang di belakang,” jelas Made sambil menunjuk garis-garis dalam lukisannya.
Lima belas karyanya memuat ide ilusi yang sama. Garis-garis batas dalam lukisan seperti milik lebih dari satu makhluk. Itulah cara Made menyampaikan idenya tentang harmoni. ”Karena semua itu saling terkoneksi. Apalagi manusia seperti kita yang makhluk sosial,” ungkap pria kelahiran 1982 itu.
Meski begitu, Made menyebutkan bahwa dirinya tidak menggambarkan hewan sebagaimana yang ada. Dia lebih ingin menampilkan spirit atau jiwa hewan. Karena itu, lukisan yang dia tampilkan tidak merujuk pada hewan tertentu secara detail.
Kemiripan gaya lukis figur yang dibuat Made dan Agus Koecink menyatukan mereka dalam pameran kali ini. Dalam melukis figur-figur di karyanya, Agus Koecink mengaku terinspirasi dari wayang kulit dan wayang beber. ”Ini kan hanya satu sisi dari samping. Dan kami punya bentuk figur yang tidak realis dan tidak berdimensi,” ungkap Agus sambil menunjuk beberapa karyanya.
Dalam pameran kali ini, Agus ingin membawa suasana adem. ”Di tengah hiruk pikuk perbedaan saat ini ya, jadi ingin karya itu yang mengademkan pengunjung,” imbuh pria kelahiran Tulungagung tersebut.
Ide itu disampaikan dalam karyanya yang berjudul Refleksi. Dalam lukisan berukuran 180 x 140 sentimeter tersebut, Agus menggunakan warna dasar kuning. Dia memakai cat akrilik hitam untuk membentuk figur dan latar tempat. Untuk memberikan detail, Agus menggunakan putih dan kuning muda dalam bentuk goresan-goresan kecil yang memenuhi lukisan.
”Lukisan ini sebenarnya terinspirasi dengan penjor berwarna kuning yang menggantung di salah satu desa di Bali,” sebut pria kelahiran 1967 itu. Figur di dalam lukisan tersebut adalah seorang turis luar negeri yang sedang membeli sebuah kaca di toko kecil. Agus juga menampilkan harmoni manusia bersama hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan menempatkan burung kecil yang hinggap di kaki turis tersebut. Tetumbuhan itu seakan timbul di kepala dan di alas duduk sang turis.