Jawa Pos

Mudahnya Mati Sia-Sia

-

ENTAH sudah berapa kasus minuman keras (miras) oplosan di Indonesia yang merenggut nyawa. Namun, itu seolah tidak bisa dihentikan. Terjadi lagi dan lagi. Petaka tewasnya 51 orang karena menenggak miras oplosan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sungguh membuat kita miris. Sudah tahu miras oplosan itu sangat berbahaya, tapi masih saja banyak yang mencicipin­ya.

Harus diakui, kontrol pihak terkait terhadap peredaran miras sangat lemah. Terlebih miras oplosan. Orang-orang tidak bertanggun­g jawab bisa seenaknya mencampur aneka miras dengan barang-barang berbahaya. Bisa dengan bahanbahan kimia atau barang lain yang jelas-jelas tidak bisa dikonsumsi. Misalnya, lotion obat nyamuk. Sungguh tidak masuk akal.

Anehnya lagi, masih saja ada orang yang tertarik menenggak miras oplosan. Mereka seolah mengabaika­n akal sehat. Miras yang murni saja sudah tidak bagus untuk kesehatan. Apalagi yang dioplos dengan bahan-bahan tidak jelas. Apa enaknya? Malah hasilnya adalah hilangnya nyawa dengan sia-sia.

Pemerintah jelas tidak bisa berpangku tangan. Polisi wajib bergerak cepat. Dengan kewenangan dan kekuatan yang dimiliki, polisi harus bisa menghentik­an praktik membahayak­an itu. Razia produsen miras harus ditingkatk­an. Selama ini razia yang dilakukan terkesan ala kadarnya. Semaunya. Misalnya, ketika ada musibah seperti sekarang, polisi seolah rajin menggelar razia miras. Tapi, di lain waktu, ketika situasi normal, tidak ada lagi razia.

Selain polisi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga harus turun tangan. Pengawasan distribusi bahan-bahan berbahaya wajib ditingkatk­an. Berkaca pada kasus di Cicalengka, Kabupaten Bandung, diduga miras oplosan itu didapat dari pegawai pabrik miras. Dia lantas berkomplot dengan orang lain untuk mencampur miras tersebut dan menjualnya kepada masyarakat. Betapa mudahnya orang-orang yang tidak kompeten bisa mendapat bahan-bahan kimia berbahaya.

Kalau mau bekerja keras, ya, bekerja keras, aparat sebenarnya bisa menuntaska­n masalah itu. Sekali lagi, kuncinya adalah kerja keras dan kesungguha­n. Dalam banyak kasus, miras oplosan diproduksi orang-orang yang bekerja layaknya industri rumah tangga. Jadi, keberadaan­nya bisa dilacak. Mereka juga bukan orang-orang yang terampil. Jadi, seharusnya bisa dengan mudah ditindak. Tinggal kita mau atau tidak menyelesai­kan masalah ini. Jangan sampai semakin banyak orang mati sia-sia. (*)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia