Pastikan Gas Kimia, WHO Siap Masuk Douma
JENEWA – PBB mendesak Syria mengizinkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO masuk Douma. Tekanan itu muncul setelah sekitar 500 korban yang dirujuk ke rumah sakit setempat pada Sabtu (7/4) dipastikan terpapar racun kimia.
”Mereka menunjukkan gejala spesifik korban keracunan gas kimia. Yakni, iritasi membran mukosa, gagal napas, dan gangguan sistem saraf pusat.” Demikian bunyi keterangan tertulis WHO yang dirilis di Jenewa seperti dilansir Reuters kemarin (11/4). WHO juga memastikan bahwa 43 orang di antara 70 korban tewas dalam insiden Sabtu itu juga akibat racun kimia.
Sayang, meski punya staf di Syria, WHO tidak bisa masuk Douma. Kota di kawasan Eastern Ghouta itu kini jatuh ke tangan rezim Presiden Bashar Al Assad. Akses buat organisasi asing ditutup. ”Apa yang terjadi di Douma ini benar-benar mengerikan,” kata Wakil Dirjen WHO Peter Salama. ”WHO perlu mendeteksi dampak serangan itu bagi kesehatan masyarakat,” sambungnya sebagaimana dikutip Associated Press.
WHO sebenarnya telah melatih 800 sukarelawan medis Syria untuk menghadapi serangan kimia. Sayang, Assad melarang mereka masuk Douma.
Kemarin Trump membatalkan lawatannya ke Peru. Dia mengirimkan Wakil Presiden Mike Pence ke event Summit of the Americas tersebut. Menteri Pertahanan Jim Mattis pun mengosongkan seluruh agendanya sampai akhir pekan. Itu dilakukan supaya Mattis bisa lebih intensif berkoordinasi dengan Trump soal rencana serangan ke Syria.
Bagi AS, aksi militer merupakan respons terbaik bagi Assad pasca serangan kimia di Douma. Di sisi lain, Rusia menentang keras opsi itu.