Jawa Pos

Bolak-balik Delapan Kali untuk Angkut 400 Kilogram Rumput

-

Tidak mudah memelihara puluhan rusa yang termasuk satwa dilindungi. Markas Brigif Mekanis 16/Wira Yudha memiliki dua petugas khusus.

PUSPITORIN­I DIAN H., Kediri

’’PALING sedih kalau rumput pas tidak ada,” kata Supartoyo tentang suka dukanya menjadi perawat rusa. Memang terkesan sederhana. Tetapi, memang itulah yang dirasakan tentara berpangkat koptu tersebut.

Setiap hari dia bersama rekannya, Kopda Isbagus, berbagi tugas merawat 38 rusa di lingkungan Brigade Infantri (Brigif ) Mekanis 16/Wira Yudha. Keduanya memang ditunjuk sebagai perawat puluhan rusa yang berasal dari Bogor, Jawa Barat, tersebut.

Rusa-rusa itu ditempatka­n di kandang berpagar kawat duri berukuran 100 x 200 meter di lereng Gunung Klotok, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto. Istimewany­a, 10 di antara 38 rusa tersebut adalah rusa tutul yang berasal dari Istana Bogor.

Rutinitas dimulai pukul 06.30. Supartoyo dan Bagus harus segera mencari rumput. Biasanya mereka mengendara­i sepeda motor.

Jika musim hujan, tak perlu jauh-jauh. Mereka cukup mencari rumput di halaman Mako Brigif. Tetapi, ketika musim kemarau, keduanya barulah kerepotan.

’’Berangkat lebih pagi, keluar dari sini, merumput,” ucap Supartoyo.

Pria asal Boyolali, Jawa Tengah, itu pun tak lagi membawa embel-embel tentara. Mengenakan kaus oblong, celana pendek, dan bersandal jepit, dia keluar untuk mencari lokasi yang banyak rumputnya.

’’Biasanya ikut warga sini yang juga merumput,” tuturnya.

Begitu mendapatka­n banyak rumput, Supartoyo membawanya ke penyimpana­n pakan. Karena banyak rusa yang harus mendapat pakan, Supartoyo dan Bagus pun bolak-balik membawa rumput.

’’Satu kali angkut biasanya sekitar 40–50 kilogram. Perlu bolak-balik delapan kali,” imbuh Bagus.

Tentu bukan perkara mudah mengangkut puluhan kilogram rumput itu. Mereka harus pintar-pintar menjaga keseimbang­an agar rumput tidak jatuh. Kalau membutuhka­n rumput dalam jumlah besar, mereka biasanya membawa gerobak sampah sehingga tidak perlu terlalu sering bolak-balik.

Cara praktis lainnya juga dipilih Supartoyo. Pria yang merawat rusa sejak kali pertama hewan-hewan itu datang sekitar 2009 tersebut sengaja menanam rumput gajah di belakang markas. Tapi, tetap saja tidak cukup. ’’Hanya menanam rumput seluas 50 meter,” ucapnya.

Bagus mengakui, rumput gajah di area markas itu hanya diambil untuk kebutuhan mendesak. Setelah dibawa ke dekat kandang yang berada di sisi utara Mako Brigif, rumput langsung dicacah halus agar lebih mudah dimakan rusa.

Puluhan kilogram rumput itu biasanya hanya cukup untuk sehari. Kalau sudah habis, keduanya pun harus keluar markas dan mencari tambahan rumput lagi.

’’Pokoknya jangan sampai mereka (rusa, Red) itu kehabisan pakan,” jelas dia.

Bahkan, karena sudah dekat dengan peliharaan­nya, Supartoyo maupun Bagus selalu hafal dengan kebiasaan rusa-rusa yang menjadi tanggung jawab mereka. Misalnya, rusa tutul pasti tidak mau bergabung dengan rusa lokal.

’’Mereka mencari tempat sendiri,” ujarnya. Rusa-rusa tutul itu pun enggan berada di tempat jorok.

Berbeda dengan rusa lokal yang juga berkelompo­k sendiri dan senang di tempat basah. Ada satu rusa lokal yang selalu menjadi perhatian khusus Supartoyo dan Bagus. Yakni, rusa lokal paling senior dan biasa dipanggil Berok.

’’Dia pasti datang duluan kalau tahu kami membawa pakan,” ujar Supartoyo.

Setelah itu, si rusa jantan tersebut mengganggu kelompokny­a saat makan. ’’Pokoknya paling bandel,” ucapnya, lantas tertawa.

 ?? PUSPITORIN­I DIAN H./JAWA POS RADAR KEDIRI ?? TELATEN: Dari kiri, Kopda Isbagus, Perwira Seksi Pengamanan dan Operasiona­l Brigif 16/WY Roni Indrianto, dan Koptu Supartoyo saat berada di kandang rusa.
PUSPITORIN­I DIAN H./JAWA POS RADAR KEDIRI TELATEN: Dari kiri, Kopda Isbagus, Perwira Seksi Pengamanan dan Operasiona­l Brigif 16/WY Roni Indrianto, dan Koptu Supartoyo saat berada di kandang rusa.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia