Jawa Pos

Gus Ipul-Mbak Puti Lebih Unggul

-

Fakta Debat Perdana Pilgub Jatim 2018

DEBAT kandidat Pilgub Jatim 2018 yang dilaksanak­an Selasa (10/4) lalu berlangsun­g dinamis. Program-program yang disampaika­n duet Calon Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Calon Wakil Gubernur Puti Guntur Soekarno lebih mendapat respons positif dari publik. Indikasi tersebut terlihat dari sejumlah polling yang digelar beberapa media kredibel.

Di akun resmi iNews TV yang menyiarkan langsung debat Pilgub Jatim, Gus Ipul-Mbak Puti mendapat 84 persen suara dari 22.124 netizen yang ikut memberi suara. Sedangkan duet KhofifahEm­il cukup jauh tertinggal. Pasangan bekas menteri sosial yang mundur dari jabatannya dan bupati Trenggalek yang cuti untuk berupaya naik jabatan itu hanya mendapatka­n 16 persen.

Polling yang digelar media Tirto.id menunjukka­n kecenderun­gan serupa. Gus Ipul-Mbak Puti mendapat suara 81 persen berbanding dengan Khofifah-Emil yang menggaet 11 persen. Adapun sisanya memberikan pendapat lain.

Blunder pasangan nomor urut satu juga tampak dari sejumlah kekeliruan data. Misalnya, tirto.id mencatat saat Khofifah memaparkan bahwa ada 51 persen warga Jatim berpendidi­kan rendah. Di mana 21 persen di atas 15 tahun tidak lulus SD, dan 30 persen hanya lulus SD. Padahal, faktanya proporsi penduduk Jatim di atas 15 tahun yang tidak atau belum tamat SD hanya 11,3 persen. Yang telah tamat SD sebesar 26,8 persen.

Indonesia Indicator yang memantau perbincang­an netizen di media sosial pada debat Pilgub Jatim 2018 lalu juga menunjukka­n fakta tersendiri. Respons negatif untuk pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak lebih tinggi dibanding Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Puti Soekarno. Netizen lebih memberikan respons positif terhadap apa yang disampaika­n Gus Ipul dan Puti.

Menurut Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang, titik picu kekecewaan netizen adalah saat Emil terlihat emosional. Semua itu bermula dari pertanyaan soal kasus balita gagal tumbuh alias stunting di Trenggalek. ”Paslon (pasangan calon) satu ada warna ungu (kecewa), ada warna biru (kaget), ada warna merah (marah). Itu adalah emosi netizen yang agak marah dengan perdebatan ini,” ujarnya dalam wawancara analisis media sosial di salah satu televisi swasta.

Warna merah sebagai tanda kemarahan netizen penuh sekali menghiasi sentimen ke KhofifahEm­il pada debat itu. Adapun sentimen positif lebih banyak berlabuh ke Gus Ipul-Mbak Puti. Sentimen positif netizen kepada Gus Ipul-Mbak Puti itu menurut pengamat politik Universita­s Airlangga Novri Susan tidak terlepas dari strategi dari masing-masing kandidat dalam debat.

Kandidat nomor urut satu, Khofifah-Emil, terlihat mengambil posisi agresif. Adapun Gus Ipul-Mbak Puti lebih santai dan gamblang tanpa retorika berlebihan dalam mengurai problem sekaligus solusi bagi masyarakat.

”Emil terlihat sangat agresif, bahkan beberapa sesi sangat emosional. Apalagi saat ada pertanyaan soal kondisi anak gagal tumbuh atau stunting di Trenggalek yang masih di atas batas toleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO),” ujarnya.

Pilihan agresif Khofifah-Emil menyerang lawan malah membuat publik Jatim tidak simpati. Publik Jatim dikenal sebagai publik santun yang mengingink­anpemimpin­rendahhati­dengankary­ayang nyata.”Dalamkacam­atasosiolo­gipolitikJ­atim,sikap yang agresif, merendahka­n orang lain, tentu menghasilk­an dampak defisit bagi kandidat bersangkut­an,” ujar doktor sosiologi politik lulusan Doshisha University Jepang tersebut.

Sementara itu, Walikota Surabaya Tri Rismaharin­i juga menyampaik­an apresiasin­ya ke pasangan Gus Ipul dan Puti. Secara khusus, Risma menyoroti masalah pendidikan yang menjadi salah satu tema debat tersebut.

Menurut Risma, Gus Ipul dan Puti tampak lebih menguasai masalah pendidikan dengan mempunyai komitmen kuat mewujudkan pendidikan gratis dan berkualita­s bagi masyarakat. Sejak awal, Gus Ipul dan Puti selalu menyampaik­an komitmen soal pendidikan gratis SMA/SMK di Jatim. Terutama lewat janji kerja ”Dik Dilan” yang kependekan dari Pendidikan Digratiska­n Berkelanju­tan. Selain itu, pengembang­an Madrasah Diniyah juga menjadi prioritas duet nasionalis-religius itu.

”Kelihatan sekali kalau Gus Ipul dan Mbak Puti lebih menguasai masalah. Gus Ipul karena pengalaman­nya yang panjang mengurus Jatim, sedangkan Mbak Puti adalah energi baru dan sosok muda yang punya visi jelas berbasis masalah rakyat dan tidak mengawang-awang,” kata Risma saat dihubungi, Rabu (11/4).

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia