Jawa Pos

Dokter Fokus Saluran Pernapasan Pelaku Bakar Diri

-

SURABAYA – Dua pelaku bakar diri di Jalan Babatan Gang I/15, Wiyung, pada Kamis (5/4) masih berada di ruang resusitasi RSUD dr Soetomo hingga kemarin (11/4). Keduanya membutuhka­n perawatan intensif karena luka bakar yang dialami tergolong berat. ”Kondisinya sudah cukup stabil hari ini (kemarin, Red),” ujar dokter Pesta Parulian ME SpAn, humas RSUD dr Soetomo.

Alat bantu pernapasan yang terpasang di hidung Eni Sri Lestari sudah dilepas. Dia juga bisa ber- komunikasi saat diajak bicara meski hanya sepatah dua patah kata. Untuk Robi, pernapasan­nya masih belum stabil sehingga alat bantunya belum dilepas.

Jika dibandingk­an dengan Eni, luka bakar yang dialami oleh Robi lebih luas. Yakni, mencapai 82 persen. Dua tangan dan kaki, sebagian dada dan punggung, serta bagian wajah mengalami luka bakar yang cukup dalam. Bahkan, hingga sampai ke kulit kepala dan belakang leher. ”Bahan bakar yang digunakan membuat api lebih dalam mengenai kulit. Kalau sudah berapa lamanya terbakar, kami tidak bisa memprediks­ikan,” ujar dokter Ira Handriani SpBP-RE, anggota tim yang menangani mereka

Luka bakar tersebut berada di antara grade 2 dan 3. Artinya, jaringan rusak hingga keseluruha­n bagian kulit. Baik lapisan dermis maupun epidermis. Luka tersebut juga bisa mengakibat­kan kerusakan lapisan di bawah kulit hingga mengenai otot dan tulang. Dengan begitu, yang dialami kerusakan jaringan permanen.

Tindakan yang dilakukan, mengatasi fase akut. Selama tubuh terbakar, ada beberapa organ yang terganggu. Misalnya, saluran pernapasan dan banyak cairan tubuh yang menghilang. ”Untuk sementara, transfusi albumin dan hemoglobin diperlukan agar kondisi pasien lebih stabil,” jelasnya. Setelah kondisi stabil, pencucian luka akan kembali dilakukan. Ira tidak bisa memperkira­kan banyaknya pembersiha­n luka yang akan mereka jalani. Namun, hingga kemarin, masing-masing sudah dua kali melakukan debridemen. ”Hal yang harus cepat diatasi di fase akut ini adalah masalah pernapasan dan lainnya. Nanti baru ketika sudah masukfases­ub-akut,penanganan­nya beda lagi,” ucapnya.

Ketika sudah tidak memerlukan bantuan pernapasan dan napasnya sudah bisa spontan dengan baik, pasien baru bisa dipindahka­n ke ruang di bawahnya. Sebab, selama tubuhnya terkena api, ada trauma inhalasi. Luka bakar tersebut mengganggu saluran pernapasan yang menjadi salah satu penyebab memburukny­a kondisi pasien. ”Nanti kalau sudah bisa pindah ke ruang biasa, baru bisa dilakukan tindakan selanjutny­a,” ujar Ira.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia