Serangan AS Abaikan Kerja Tim Pencari Fakta
FAKTAFAKTA terbaru terungkap setelah militer AS dan sekutunya melontarkan puluhan misil Tomahawk ke Syria Jumat malam waktu setempat (13/4) atau Sabtu siang WIB.
Salah satu yang mengejutkan, rudal-rudal itu menghantam Syria di hari yang sama saat tim khusus pencari fakta tiba
Tim Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) ini membuktikan dugaan serangan senjata kimia ke warga sipil di Douma, Syria, 7 April lalu. Semula, hukuman ke Syria menunggu hasil kerja tim OPCW itu. Apakah bisa membuktikan adanya serangan kimia oleh pasukan Syria atau tidak. Namun, rudal-rudal tersebut lebih dulu menghakimi Syria.
Meskipun menyalahi tenggat, Amerika Serikat dan sekutunya menganggap serangan yang dilakukan sudah tepat. Bagi dua sekutu AS yang terlibat dalam serangan Sabtu malam (14/4), Inggris dan Prancis, sampel urine sebagian korban aksi militer Syria di Douma yang positif klorin sudah membuktikan pemakaian senjata kimia. Karena itu, serangan militer tetap dibenarkan.
AS sebagai motor serangan juga bertekad melanjutkan aksinya. ”Pasukan AS sudah sangat siap melancarkan aksi militer lebih lanjut,” kata Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley dalam forum PBB di markas besar New York, AS, sebagaimana dilansir The
Guardian kemarin (15/4). Serangan susulan bakal terjadi jika rezim Presiden Bashar Al Assad tetap nekat melibatkan senjata kimia dalam aksi mereka selanjutnya. Dia juga menegaskan bahwa AS tak akan menarik pasukan dari Syria.
Apa dampak kerusakan serangan AS dan sekutu ke Syria? Media Rusia, RT, memublikasikan gambar fasilitas sains di kawasan Barzeh, Syria, yang porak-poranda gara-gara rudal AS dan sekutunya. Dalam video yang dirilis kemarin itu, terlihat bangunan tersebut rusak parah. ”Center for Scientific Research ambruk separo setelah dihujani rudal.” Demikian keterangan yang Rusia sampaikan, mengutip keterangan pemerintah Syria.
Tidak diketahui pasti apakah kompleks di sisi utara Damaskus itu benar-benar fasilitas sains. Sebab, AS yang mengklaim serangannya presisi yakin bahwa ba- ngunan tersebut digunakan untuk menyimpan senjata kimia oleh Assad. ”Kami berhasil menghancurkan gudang senjata kimia,” ujar seorang perwakilan Pentagon seperti dilansir RT kemarin.
Kendati AS dan sekutunya sudah membumihanguskan lokasi yang diyakini sebagai gudang senjata kimia, tim OPCW bakal tetap menjalankan tugasnya di Douma. Yakni, investigasi. ”OPCW akan berupaya maksimal untuk menyajikan fakta atas banyaknya tudingan yang beredar terkait dengan pemakaian racun kimia, dalam hal ini klorin, oleh pemerintah Syria,” terang seorang perwakilan tim yang diberangkatkan dari Belanda tersebut seperti dilansir Al Jazeera. Selanjutnya, hasil investigasi OPCW bakal menjadi rujukan bagi DK PBB untuk menindak Syria.
Sementara OPCW sibuk menelusuri jejak racun di lokasi kejadian, DK PBB sibuk menyatukan visi dan misi. AS, Prancis, dan Inggris mendesak Rusia agar berhenti mendukung rezim Assad. Sebaliknya, Rusia meminta DK PBB segera menyikapi aksi militer yang AS dan sekutunya lancarkan ke Syria.
Hari ini DK PBB dijadwalkan bertemu. Satu-satunya agenda dalam pertemuan khusus itu adalah Syria. Dalam pertemuan tersebut, AS dan sekutunya akan mengajukan draf resolusi yang bertujuan menyudutkan Rusia. Selain itu, mereka mengusulkan investigasi independen ke Douma untuk membuktikan serangan kimia yang menewaskan sedikitnya 48 warga sipil tersebut.
Di sisi lain, Rusia sedang menyiapkan misi sendiri setelah hanya bisa memenangkan dukungan Cile dan Venezuela saat mengajukan draf resolusi Sabtu. Negeri Beruang Merah itu gagal membujuk DK PBB untuk melahirkan resolusi yang berisi kecaman terhadap AS dan sekutunya atas aksi militer ke Syria. Damaskus menganggap serangan ke tiga fasilitas senjata kimia Syria tersebut sebagai agresi militer.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump yang panen kritik karena mencantumkan ”misi tercapai” dalam cuitannya Sabtu malam membela diri. Tokoh 71 tahun tersebut menegaskan bahwa dirinya kebanjiran kecaman gara-gara media yang gemar menyebarkan fake news. Kritik pertama diterima dari Ari Fleischer, kepala humas Gedung Putih era Presiden George W. Bush.
Trump mengatakan, sejak sebelum mengunggah cuitannya pun, dirinya tahu bakal dihujat jika mencantumkan dua kata tersebut. ”Tapi, itu istilah militer yang sangat hebat. Saya tidak peduli,” katanya. Menurut suami Melania itu, serangan rudal yang AS lancarkan bersama Inggris dan Prancis Sabtu malam tersebut sukses besar. Sebab, semuanya tepat menyasar target.
Pernyataan tergesa-gesa Trump bukan satu-satunya blunder Gedung Putih. Sabtu lalu Sarah Huckabee Sanders yang selalu menjadi corong Gedung Putih menyebarluaskan foto para pejabat pemerintah saat rudal AS menghantam Syria. Tapi, dalam foto hitam putih itu, terlihat Wakil Presiden Mike Pence. Padahal, saat serangan terjadi, Pence berada di Peru untuk mewakili Trump dalam forum para pemimpin Amerika. Foto itu langsung membuat Sanders panen cibiran.
Dari Moskow dikabarkan, Presiden Vladimir Putin membahas aksi militer AS dan sekutunya itu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani. Lewat sambungan telepon, Putin mengecam serangan rudal yang kabarnya membuat tiga orang terluka tersebut.
Bersamaan dengan itu, Assad mengerahkan 5.000 personel militer tambahan ke Douma. Di kota tersebut, saat ini tim OPCW sedang menjalankan tugas. Juga, baru pekan lalu Damaskus menancapkan bendera kebangsaan di bekas benteng pertahanan oposisi itu. Pekan lalu, saat fokus dunia beralih ke Douma, Damaskus juga sudah mengerahkan sekitar 5.000 personel ke kota di kawasan Eastern Ghouta tersebut.