Kudapan Favorit Inspirasi Bisnis
Galuh Sukma, Jagung Nyumi Konsistensi membuat bisnis Jagung Nyumi yang digeluti Galuh Sukma berkembang. Tidak sekadar meniru produk jasuke.
MENJALANKAN bisnis secara sendiri atau menggandeng partner tentu berbeda. Bukan hanya soal pembagian keuntungan. Namun, ada distribusi beban sehingga bisnis bisa lebih maksimal. Galuh Sukma menyadarinya.
’’Kalau dulu mungkin mikirnya jika dikerjakan sendiri itu enak, untungnya langsung masuk ke kami. Tapi, ternyata makin banyak yang membantu akan makin fokus karena punya job desc masing-masing,’’ katanya.
Jagung Nyumi dirintis pada Februari 2017. Itulah usaha pertama Sukma. Selama enam bulan pertama, Sukma hanya dibantu suaminya, Anda Harimas, untuk mengurus usaha Jagung Nyumi. Lambat laun makin banyak order. Puncaknya, dia kewalahan saat puasa tahun lalu. ’’Sehari hanya duduk cuma beberapa jam karena sibuk melayani konsumen yang banyak,’’ terang perempuan 27 tahun tersebut.
Akhirnya, dia memutuskan untuk mengajak orang membantu produksi
Jagung Nyumi. Awalnya hanya seorang. Tetangga sendiri. Tugasnya, memipil jagung. Seiring dengan berkembangnya Jagung Nyumi, kebutuhan SDM pun makin bertambah. Saat ini ada tujuh staf. Tugasnya berbeda-beda. Mulai bagian kasir, packing, hingga produksi jagung.
’’Alhamdulillah, sekarang sudah mulai enteng. Karena
prepare membuka lapak saja butuh waktu sejam dan mau tutup beres-beresnya 1,5 jam. Jadi, memang harus ada yang
bantuin biar hasilnya lebih maksimal,’’ tuturnya.
Saat ini Sukma bisa menjual 150 cup Jagung Nyumi per hari. Jumlahnya berlipat ketika akhir pekan. Sukma tidak menyangka produk jagungnya disukai banyak orang. ’’Sebelum memutuskan untuk buka usaha ini, saya sempat gagal bereksperimen dalam menemukan formula yang pas terhadap jagung,’’ jelasnya.
Keunggulan produk Sukma adalah mengombinasikan keju mozzarella di dalam jagung. Saat memakan jagung tersebut, akan ada efek molor dari mozzarella-nya. Itu sesuai dengan tagline yang dibikin, yaitu #salammollor. ’’Saya dulu melakukan eksperimen berkali-kali. Awalnya di rice cooker dan pada percobaan pertama belum pas. Kejunya kurang, rasanya tidak enak, dan sebagainya,’’ ungkapnya.
Dia memerlukan waktu selama tiga minggu hingga bisa menemukan formula yang pas. ’’Setelah tiga minggu itu, baru benar-benar tahu
jangka waktunya berapa jam untuk jagung mozzarella bisa tahan di luar ruangan. Lalu, suhu pengovenannya juga harus pas Celsiusnya berapa,’’ papar perempuan asal Nganjuk tersebut.
Kini Sukma menyediakan tiga varian Jagung Nyumi. Yakni, butter corn mozzarella, butter corn nonmozzarella, dan bascom atau akronim banana sweet corn mozzarella.
Khusus varian bascom, dia memberikan campuran pisang yang dilumatkan ke dalam jagung pipilnya. Tidak lupa, ditambahkan mozzarella dan irisan pisang sebagai topping-nya.
Varian serba-butter itu tersedia dalam tiga ukuran, yaitu small, medium, dan large. Harganya mulai Rp 8 ribu hingga Rp 20 ribu. Yang paling diminati konsumen adalah ukuran medium dengan harga Rp 16 ribu. Menurut dia, size medium adalah ukuran yang pas untuk dimakan sendirian. ’’Tidak terlalu banyak dan tidak membuat orang merasa enek,’’ ujarnya. Sukma mengakui, jauh sebelum Jagung Nyumi hadir, banyak bermunculan jajanan populer jasuke alias jagung susu keju. Karena itu, dia tidak mau membuat produk yang sama. Harus ada nilai unik agar orang bisa tertarik. Lalu, dia memutuskan untuk menjual jasuke yang disajikan lebih modern dan kekinian lewat Jagung Nyumi. Kebetulan, makanan favorit Sukma dan suami adalah jasuke. Penganan itulah yang kemudian menjadi inspirasi untuk membuka usaha kuliner. ’’Saat itu ngetren makanan diberi topping lelehan keju mozzarella. Jadi, kenapa nggak
dicoba saja,’’ tandasnya.