Jajaki Perluasan Area Tambak Garam
SURABAYA – Permintaan garam rakyat dan industri diprediksi meningkat, terutama pada momen Ramadan dan Lebaran. Karena itu, pasokan garam harus dipastikan aman.
Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Jatim Muhammad Hasan mengungkapkan, permintaan garam diprediksi naik 15–20 persen. Kenaikan tersebut dipacu meningkatnya produksi dari para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di sektor makanan dan minuman. ”Yang jelas, akan ada penambahan permintaan,” ucapnya.
Hasan memastikan bahwa ketersediaan garam dalam kondisi cukup. Saat ini stok garam di Jatim sebanyak 50 ribu–70 ribu ton. Itu setara 5–7 persen dari total produksi garam rakyat 2017 yang mencapai 800 ribu–850 ribu ton untuk konsumsi. ”Untuk kebutuhan industri, sekarang sudah ada impor. Saya rasa itu sangat cukup,” jelasnya. Terlebih, masa panen garam diprediksi maju.
Tahun ini produksi garam rakyat diperkirakan mencapai 2,5 juta ton secara nasional. Produksi garam tersebut berasal dari para petambak garam yang rata-rata memproduksi 100 ton per hektare. Sementara itu, total luas lahan tambak garam mencapai 26 ribu ton secara nasional.
Di Jatim, luas area tambak garam mencapai 11.350 hektare. Pada cuaca normal dan terik, produksinya bisa mencapai 1,1 juta–1,2 juta ton. Hasan berharap cuaca tetap berada dalam kondisi normal sehingga pasokan garam aman. Apalagi, teknologi geoisolator, sarpras, dan infrastruktur juga sangat membantu dalam peningkatan kuantitas dan kualitas garam. ”Kalau ada kelebihan pasokan, bisa dimanfaatkan sebagai substitusi memenuhi kebutuhan industri. Jadi, impor bahan baku bisa ditekan,” katanya.
Untuk menjaga stabilitas garam, pihaknya menjajaki perluasan area tambak garam di Jatim. Beberapa daerah yang berpotensi, antara lain, Pasuruan, Situbondo, dan Banyuwangi. Area tersebut bisa dijadikan lahan ekstensifikasi untuk peningkatan garam rakyat dalam mendukung swasembada garam.
Selama ini, kontribusi terbesar pasokan garam berasal dari Madura. Secara nasional, kontribusinya mencapai 60 persen. Untuk Jatim, kontribusi Madura dalam produksi garam mencapai 70 persen. Selebihnya, pasokan garam berasal dari berbagai daerah sentra garam yang tersebar di Indonesia. Termasuk Jawa Barat serta berbagai daerah di Jatim.
Terkait harga, Hasan menyebutkan, harga garam di perusahaan stabil di kisaran Rp 2.300–Rp 2.500 per kilogram. Sementara itu, harga garam dalam kemasan sebesar Rp 8 ribu–Rp 12 ribu per kilogram. ’’Harga garam cenderung tidak meningkat secara signifikan,’’ jelasnya.