Keluhan Sulit Bisa Muncul Lagi
Soal Penalaran Tinggi Juga Diterapkan di Ujian SMP
JAKARTA – Ujian nasional berbasis komputer (UNBK) tingkat sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) dimulai hari ini (Senin, 23/4). Ujian dilakukan selama empat hari dengan materi bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris, dan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), ada 28.647 SMP/MTs yang akan melaksanakan UNBK. Sedangkan siswa yang mengikuti ujian terdiri atas 2.004.947 siswa SMP dan 689.573 siswa MTs.
Meskipun mengundang kontroversi saat diterapkan di UNBK sekolah menengah atas (SMA), Kemendikbud tetap lanjut J
Kemendikbud memastikan bahwa UNBK SMP/MTs juga menerapkan soal yang membutuhkan penalaran tinggi atau higher order thinking skills (HOTS). ”Jumlahnya juga sama, sekitar 10 persen,” ujar Kepala Pusat Penilaian dan Pendidikan (Kapuspendik) Kemendikbud Mochamad Abduh di Jakarta kemarin (22/4). Sedangkan penyusunan soal ujian sisanya akan menggunakan kombinasi soal irisan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo menyayangkan perubahan pada konten UN dengan pendekatan HOTS yang belum merata. ”Masih ada sekolah yang menggunakan Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),” ungkapnya kepada Jawa Pos kemarin.
Menurut Heru, perlu dilakukan pelatihan materi esensial maupun bentuk soalnya. Biasanya latihan dilakukan pada tingkat musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). HOTS, menurut Heru, erat sekali dengan Kurikulum 2013. Karena tidak semua sekolah menerapkan Kurikulum 2013, ditambah belum semua guru menggunakan pendekatan HOTS, rawan terjadi gejolak. Peserta ujian merasa kesulitan dalam mengerjakan soal seperti yang terjadi seusai UNBK SMA dua pekan lalu. ”Karena selama ini belum menggunakan pembelajaran tingkat tinggi, siswa tiba-tiba harus mengubah kebiasaan belajar. Ya kedodoran,” ujarnya.
Guru bahasa Indonesia SMPN 4 Banguntapan Jogjakarta Titik Wuryandari mengaku sudah mendapat penjelasan bahwa soal ujian nanti adalah irisan dari Kurikulum 2006 dengan 2013. ”Materi ada yang susah dan ada yang berat. Semua sudah diberikan ke murid sesuai dengan kisi-kisi soal,” ujarnya kemarin.
Menurut Titik, soal HOTS tidak akan lepas dari kisi-kisi tersebut. Namun, ada beberapa penyampaian yang berbeda. Yang dikhawatirkannya justru bukan soal HOTS, melainkan kemampuan siswa dalam menganalisis soal serta kemampuan tanda baca. ”Kata-kata dalam bahasa Indonesia itu banyak. Takutnya, siswa tidak memahami karena literasinya kurang,” ungkapnya.
Selain itu, penggunaan gawai memperburuk kemampuan menulis siswa. Kadang kata disingkat atau tidak tahu kata mana yang harus dipisah dan digabung. ”Padahal bisa saja keluar dalam ujian,” tambah Titik.
Syahla Dhiya, siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 7 Jogjakarta, mengaku telah siap ikut ujian hari ini. Dhiya menyatakan paling serius mempersiapkan diri untuk pelajaran matematika.
Mengenai soal tipe HOTS, Syahla mengatakan tidak terlalu mengerti. Dia mempelajari semua kisi-kisi UN yang didapatkannya. ”Belajar dari soal tryout juga,” ucapnya. Dia pun mengaku pasrah mengikuti UN kali ini. Harapannya, nilai ujian kali ini tinggi sehingga dia dapat masuk ke SMA pilihannya.
Meskipun ramai dibicarakan, belum ada tanggapan dari Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy tentang penerapan HOTS pada ujian siswa SMA dan SMP. Kemendikbud kemarin hanya menyebar rilis bahwa Mendikbud akan melakukan kunjungan ke Timika, Mimika. Tujuannya ialah meninjau sekolah yang menyelenggarakan UN.
Sekolah yang dituju adalah SMP YPPK Santo Bernardus, SMPN 3 Mimika, SMP Negeri Sentra Pendidikan, dan SMPN 2 Mimika. Muhadjir sekaligus akan bertemu dengan guru korban penyekapan kelompok kriminal sipil bersenjata.