Pernah Hampir Bangkrut karena Ditipu Sales
Zaenal Abidin, Tujuh Tahun Membuat Alat Peraga Edukatif
Zaenal Abidin bertahan dengan gempuran perkembangan teknologi yang semakin canggih. Usahanya memproduksi alat peraga edukatif (APE) berbahan kayu tak pernah sepi peminat.
MOCHAMMAD SUBCHAN ABDULLAH, Blitar
ZAENAL Abidin tampak begitu sibuk kemarin siang (24/4). Di sebuah ruangan yang tidak begitu luas (5 x 5 meter), dia dan pekerjanya berfokus membubut hingga mengecat balok-balok kayu.
Dia sedang mengerjakan ribuan unit alat peraga edukatif (APE) atau mainan edukatif untuk digunakan dalam kegiatan Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada 23 Juli nanti. Mainan yang sedang digarap itu adalah halang rintang.
’’Ini jumlahnya ada 3.500 unit. Saat ini kami fokus ini. Nggak berani menerima pesanan dari orang lain,’’ ungkap Zaenal saat ditemui di tempat produksinya di Jalan Bali Blitar, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Sananwetan, kemarin.
Di lahan kecil belakang rumahnya itu, Zaenal memproduksi APE untuk anak-anak. Saat ini dia bersama enam pekerjanya sedang sibuk-sibuknya membuat mainan halang rintang untuk sejumlah lembaga taman kanakkanak (TK).
’’Ini pesanan untuk sejumlah TK di Kabupaten Blitar. Saya tidak tahu jumlah lembaganya berapa,’’ kata pria yang sudah menggeluti produksi APE selama sekitar tujuh tahun itu.
Untuk mengerjakan mainan halang rintang itu, dia ditarget sebulan harus selesai. Kemarin adalah hari terakhir dia harus selesai semua.
’’Yang sebagian sudah saya kirim ke lembaga,’’ ujar bapak dua anak tersebut.
Karena ingin menyelesaikan pesanan itu dengan baik, dia pun harus menolak pesanan orang lain. Dia ingin berfokus pada pembuatan mainan untuk persiapan HAN itu.
Kalaupun harus menerima lagi pesanan orang lain, dia kewalahan. Sebab, jumlah tenaga yang dimiliki tidak bisa mengatasi. Takutnya malah mengecewakan pelanggan.
’’Ini ponsel saya tidak aktifkan. Soalnya takut nanti ada pelanggan yang order. Saya tidak berani aktifkan ini,’’ ungkap pria yang dulu pernah bekerja di perusahaan produsen APE dan mainan anak di Jombang pada 2005 itu.
Sebelum menggeluti usaha mainan dari bahan kayu tersebut, dia membuka usaha berjualan (sales) bukuedukasianak.Namun,itutidak bertahan lama, hanya sekitar tiga tahun.Sebab,perusahaanyangdiikuti gulung tikar alias bangkrut.
Nah, saat itu dia pun berusaha agar terus produktif. Dia memutuskan untuk membuka usaha yang tidak jauh dari dunia anak-anak. Yakni, produksi APE serta mainan anak berbahan kayu itu.
’’Modalnya dari tabungan. Sedikit demi sedikit hasil saya buat untuk modal,’’ ungkap pria asal Jombang tersebut.
Perjalanan membangun usahanya itu tidak selalu berjalan mulus. Dia juga sempat surut hampir bangkrut pada 2016. Penyebabnya ditipu mantan sales-nya hingga ratusan juta.
’’Istri saya pun terpaksa berangkat ke Hongkong untuk membantu cari modal. Hanya dua tahun, lalu balik,’’ ceritanya.
Agar bisa terus bertahan, harus dibutuhkan inovasi dan kreasi. Saat ini dia sudah menciptakan APE sendiri yang dinamakan Menjahit Angka dan Menjahit Baju.