Jawa Pos

Bel Kencang Tujuh Menit untuk Panggil Anggota Parlemen

Berkunjung ke ”Tempat Perkelahia­n” Para Legislator Taiwan

-

Tiap kali para legislator berkelahi, ambulans bakal bolak-balik ke gedung parlemen Taiwan untuk mengangkut yang terluka. Berikut laporan wartawan Jawa Pos DWI SHINTIA yang berkesempa­tan menyaksika­n salah satu sesi sidang di sana.

TIGA kamera terpasang tepat menghadap pintu utama gedung Legislatif Yuan, Taipei, Taiwan. Tiga kamerawan TV bersama reporter mereka dan beberapa wartawan media Taiwan berdiri menanti di teras gedung tersebut.

Mereka sedang menanti para anggota Legislatif Yuan atau anggota parlemen Taiwan yang akan melaksanak­an voting pada pagi itu. Tapi, penantian mereka mungkin akan lama.

”Mereka masih istirahat setelah sidang paripurna tadi,” ujar Pearl Lin, senior translator and interprete­r dari Kementeria­n Luar Negeri Taiwan yang menemani Jawa Pos dan grup wartawan dari berbagai negara di dunia yang mendapat undangan dari Kementeria­n Luar Negeri Taiwan pada Selasa (10/4).

Saat itu jam menunjukka­n pukul 09.30. Untung, karena anggota legislatif tersebut masih istirahat itulah, rombongan bisa masuk ke ruang sidang

J

Tetapi, meski rombongan adalah para wartawan, masuk ke ruang sidang paripurna pun harus melewati prosedur keamanan ketat. ”Semua kamera besar tidak boleh masuk. Semua tas harap dititipkan,” tambah Lin setelah berbincang serius dengan petugas keamanan yang berjaga.

Tetapi, setelah berdiskusi dengan petugas, Lin merevisi perintahny­a. ”Kamera boleh masuk, tetapi tidak barang-barang lain. Semua dititipkan,” sambungnya.

Lin menjelaska­n, pihak keamanan tidak tahu bahwa rombongan adalah wartawan. Tetapi, memang barang-barang lain dilarang dibawa masuk ke ruang parlemen.

Setelah itu rombongan dibawa naik ke lantai 2 dan memasuki sebuah ruangan. Ruangan tersebut adalah bagian untuk tamu yang berniat melihat ruang sidang parlemen Taiwan. Berjendela kaca, bagian itu diset seperti tempat menyaksika­n konser dengan tempat duduk bertingkat. Di bagian kiri ruangan tersebut ada bagian lain yang digunakan para wartawan lokal yang hendak meliput sidang.

”Tamu hanya diizinkan masuk dan melihat ruang sidang parlemen saat tidak ada rapat atau voting,” ujarnya.

Lin melanjutka­n, sebelumnya tamu bisa masuk dan bebas menyaksika­n rapat anggota parlemen. Pun barang-barang pribadi bisa dibawa. Namun, peraturann­ya berubah. ”Itu untuk menghindar­i hal-hal yang tidak diinginkan. Ada beberapa tamu yang mungkin kurang puas dengan wakil rakyat dan melemparka­n barang-barang yang tidak semestinya ke arah mereka. Paling sering botol minuman,” papar Lin, kemudian tertawa sambil menunjuk lantai tempat anggota parlemen biasa menghelat rapat.

Di dalam ruang sidang tidak banyak orang. Kursi-kursi merah muda dengan meja cokelat masih ditinggalk­an tuannya. Tetapi, Su Chia-chyuan, ketua parlemen, terlihat tetap duduk di kursi utama sambil membaca kertas-kertas yang tersebar di depannya.

Tempat duduk ketua parlemen itu menghadap kursi-kursi anggota yang diset melingkar dengan meja di depan kursi-kursi tersebut. Di atas kursi ketua parlemen terpasang foto Dr Sun Yat-sen, presiden pertama dan founding father Republik Rakyat Tiongkok.

Anggota parlemen Taiwan selama ini terkenal doyan berkelahi saat voting atau sidang. Berkelahi dalam arti sebenarnya. Terakhir yang terbesar berlangsun­g pada Juni 2017. Anggota parlemen dari partai oposisi Kuomintang (KMT) merasa tidak puas atas rancangan undang-undang mengenai anggaran yang diajukan partai berkuasa Democratic Progressiv­e Party (DPP).

Anggota parlemen dari KMT tidak setuju dengan rencana anggaran proyek infrastruk­tur kontrovers­ial yang angkanya berkisar USD 29 miliar. Mereka menganggap proyek itu tidak adil karena berfokus pada kota-kota yang suara partai berkuasa sangat kuat.

Baku hantam pun tidak terhindark­an. Beberapa kursi beterbanga­n, bom air dan botol minum melayang di mana-mana, saling desak, dan aksi dorong-dorongan pun terjadi. Kejadian itu pun menjadi viral. Tetapi, kata Lin, masa-masa itu sudah banyak berkurang. ”Sekarang mereka lebih kalem,” katanya merujuk anggota parlemen yang kini berjumlah 113 orang tersebut.

Lin menjelaska­n, bila ada pertikaian yang melibatkan fisik, pasti rumah sakit umum terdekat dari gedung parlemen penuh dengan legislator yang terluka. ”Ambulans akan bolak-balik ke gedung ini,” sambungnya. Tetapi, belakangan itu tidak terjadi lagi. Karena itulah, peraturan untuk masuk ruang sidang, bagi tamu sekaligus anggota parlemen, juga diperketat.

Dalam sehari, jelas Lin, bisa ada beberapa kali rapat yang diselingi istirahat. Tamu yang datang ke ruang sidang itu pun tidak diizinkan berlama-lama. Begitu para anggota parlemen masuk kembali ke ruangan, para tamu harus keluar. ”Oke, itu Mr Chia-chyuan sudah mengumumka­n bahwa rapat akan dilanjutka­n. Kita harus keluar ruangan,” ujar Lin.

Rombongan pun diarahkan ke ruangan lain untuk mengadakan pertemuan dengan komisi suku asli Taiwan. Ruangan tersebut berada di gedung yang berbeda dari gedung parlemen, tapi masih dalam satu kompleks.

Sebelum sampai tempat pertemuan, suara bel seperti di sekolah berbunyi. Kencang sekali. ”Ini ada apa? Pelatihan keselamata­n?” tanya saya kepada Lin.

Jawabnya, ”Oh bukan. Ini adalah bel panggilan bahwa para anggota parlemen harus segera masuk ruang sidang karena sesi lanjutan segera dimulai,” jelasnya.

Suara bel itu panjang tanpa jeda dan sangat kencang membahana di seluruh sudut kompleks parlemen yang berada di pusat Kota Taipei tersebut. ”Sabar ya, ini bunyinya akan berlangsun­g sampai tujuh menit,” tutur Lin.

Suara bel itu panjang untuk memastikan para anggota parlemen mendengar panggilan waktu bersidang setelah beristirah­at. Kalau tidak datang juga ke ruang sidang, ya mungkin mereka lagi sibuk. Entah sibuk apa.

 ?? DWI SHINTIA/JAWA POS ?? RUMAH LEGISLATIF: Ruang sidang di gedung parlemen Taiwan di Taipei (10/4). Foto kiri, wartawan Jawa Pos Dwi Shintia.
DWI SHINTIA/JAWA POS RUMAH LEGISLATIF: Ruang sidang di gedung parlemen Taiwan di Taipei (10/4). Foto kiri, wartawan Jawa Pos Dwi Shintia.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia