Jawa Pos

Guru Belum Berdaulat dan Merdeka

UNIFAH ROSYIDI

-

Problemati­ka di dunia pendidikan begitu kompleks. Salah satunya, di sektor guru. Isu seperti kesejahter­aan, kualitas, sampai perlindung­an menjadi PR sampai saat ini. Berikut obrolan wartawan Jawa Pos M. Hilmi Setiawan bersama Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi di Gedung Guru, Jakarta, Rabu (25/4). Menyambut peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), persoalan apa yang masih perlu dituntaska­n di lingkungan guru?

Ada dua hal penting. Kebutuhan dan peran guru. Kebutuhan itu terkait dengan otonomi dan kedaulatan guru. Guru belum berdaulat dan merdeka secara profesi. Untuk peran, guru sebagai lokomotif perubahan belum maksimal.

Maksud dari guru belum berdaulat dan merdeka itu apa?

Di daerah, misalnya, guru masih sering ditarik pada urusan politik praktis di daerah setempat. Dalam menjalanka­n perannya, kadang guru juga belum merdeka dalam berinovasi di pembelajar­an. Kemudian, untuk urusan mendapatka­n hak seperti tunjangan profesi, guru masih direpotkan dengan urusan administra­si.

Ada suara bahwa kinerja guru belum maksimal. Benarkah?

Kesadaran untuk selalu belajar harus ditanamkan kepada guru. Penanaman ini tidak hanya dilakukan saat sudah menjadi guru, tetapi sejak menjalanka­n kuliah di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP). Sekarang ada PPG (pendidikan profesi guru) yang berasrama. Selama tinggal di asrama, harus ditanamkan kesadaran untuk selalu belajar. Bukan tinggal di asrama hanya kumpul-kumpul saja.

Pada era Industri 4.0, ada yang menyebut peran guru akan digantikan teknologi atau komputer?

Tentu guru yang bagaimana dulu. Guru itu makhluk yang harus menjadi teladan. Jadi kawan yang enak diajak ngobrol dan diskusi oleh siswanya. Kemudian, memberikan kesempatan yang terbuka kepada siswanya untuk mengembang­kan diri. Guru seperti itu tidak bakal tergantika­n oleh komputer.

Anda memimpin organisasi profesi dengan jutaan anggota. Selain itu, Anda menjadi dosen. Apakah masih ada waktu untuk keluarga?

Saya itu sangat jatuh hati kepada guru. Saya seperti meninggalk­an semuanya. Saya memiliki dua anak. Saya kalau ngomongngo­mong sama anak-anak, sangat sedikit waktunya. Kedua anak saya berprofesi dokter. Pada waktu yang tidak banyak itu, saya sering berpesan untuk menjadi dokter yang berpihak pada kemanusiaa­n.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia