Gejolak Pasar Mulai Reda
Yield The Fed Picu Outflow
JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil lepas dari level terendahnya pada 2018 ini. Pasar mulai dingin setelah Bank Indonesia (BI) memaparkan sejumlah kebijakan moneter untuk meredam volatilitas di pasar keuangan.
Menutup pekan kemarin (27/4), barometer papan utama bursa saham Jakarta tersebut berada di level 5.919,24 atau menguat tipis 10,04 poin atau 0,17 persen. Namun, sepanjang pekan, IHSG telah jeblok 6,6 persen. Dalam sepekan, investor asing keluar dari pasar saham dengan jual bersih senilai Rp 5,3 triliun.
Kepala Ekonom Manulife Aset Manajemen Katarina Setiawan mengungkapkan, faktor eksternal masih memengaruhi indeks saham sepekan terakhir. Terutama soal perbaikan ekonomi AS yang berimbas pada ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (AS) tiga kali tahun ini. ’’Sebenarnya kondisi fundamental domestik terjaga kuat. Tapi, pasar tidak bisa imun terhadap volatilitas global,’’ katanya kemarin (27/4).
Menurut dia, indeks memang sangat bergantung dana asing. Namun, sebaiknya investor juga melihat optimisme dari capaian perekonomian Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo juga menilai bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang baik seolah tertutupi oleh sentimen-sentimen
eksternal. Faktor lain yang cukup memengaruhi adalah yield US treasury bertenor 10 tahun yang sudah tembus 3,03 persen. Bagi pelaku pasar obligasi, threshold yield surat utang AS 3 persen biasanya dianggap sebagai angka ’’keramat’’. Hal itu membuat investor kembali memperhitungkan portofolionya. ’’Yield US treasury melewati 3 persen berdampak pada jatuhnya pasar modal dunia,’’ ujar Agus. Imbal hasil yang cukup tinggi di instrumen safe haven tersebut membuat investor di negaranegara emerging markets memindahkan modalnya.
Sementaraitu,kursrupiahdalam Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor)mencapaiRp13.879perdolar AS (USD) atau menguat dibandingkan sehari sebelumnya yang mencapaiRp13.930.Namun,dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 0,54 persen dan terdepresiasi 0,91 persen sejak awal April 2018.
Setelah melakukan operasi di pasar valuta asing (valas) dan SBN, BI memberikan pernyataan bahwa mereka membuka ruang penyesuaian suku bunga BI 7 days reverse repo rate (BI-7DRRR) jika fluktuasi rupiah dinilai membahayakan. Selain itu, BI akan berupaya menstabilkan nilai tukar dengan kebijakan bilateral swap agreement (BSA) atau transaksi forward. BSA merupakan perjanjian antarnegara untuk bertransaksi menggunakan mata uang negara yang dituju sehingga mengurangi kebutuhan USD. ’’Sekarang swap satu minggu sekali, dimungkinkan menawarkan lagi swap lebih dari satu minggu sekali. Kemudian, PUAB (pasar uang antarbank) kami jaga likuiditasnya,’’ kata Agus.
Dia juga meminta badan usaha milik negara (BUMN) tidak memborong USD di pasar spot, tetapi membeli lewat transaksi forward. Itu adalah transaksi mata uang asing dengan kurs yang ditetapkan saat transaksi dilakukan. Kurs forward berlaku dua hari sampai setahun sehingga dana diterima tidak langsung atau menunggu masa yang akan datang. Hal itu membuat permintaan terhadap USD tidak langsung meninggi seperti di pasar spot yang penyerahan dananya langsung dilakukan tanpa menunggu jeda waktu yang agak lama.