Piawai sejak Kecil, Sisipkan Pesan Antinarkoba saat Pentas
Slamet Susanto, Pegawai BNN yang Jago Dalang
Menjadi aparatur sipil negara (ASN) tidak berarti tak bisa mengembangkan bakat dan hobi. Buktinya, ASN yang bertugas di Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Blitar ini piawai memainkan wayang kulit.
SYAIFUL ANWAR, Blitar
PULUHAN karakter tokoh dalam pewayangan yang terbuat dari kulit hewan berjejer rapi di salah satu ruangan di rumah yang berada di Dusun Klepon, Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
Sore itu, si pemilik wayang kulit membersihkan beberapa wayang. Ya, dia adalah Slamet Susanto yang bertugas di BNN Kabupaten Blitar. Meski sibuk menjalankan tugas sebagai ASN, tidak berarti dia tak bisa menyalurkan bakat untuk memainkan wayang kulit. ’’Yang terpenting, harus bisa membagi waktu,” ucapnya.
Menurut dia, pekerjaan di kantor dan wayang kulit bagaikan dua sisi mata uang. Artinya, tidak bisa dipisahkan, tapi bisa berjalan beriringan. Sebab, pekerjaan merupakan tuntutan yang tidak bisa ditinggalkan. Memainkan wayang kulit juga menjadi kewajiban bagi generasi penerus bangsa untuk melestarikan budaya. ’’Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau meneruskan budaya leluhur,” ujar pria 46 tahun tersebut.
Karena itu, dia terus menggeluti profesi dalang di luar pekerjaan utama sebagai ASN di BNN Kabupaten Blitar. Bahkan, menurut Slamet, ada nilai plus jika dirinya pandai mendalang.
Sebab, tak jarang dia memanfaatkan keahliannya sebagai dalang untuk mengampanyekan antinarkoba kepada masyarakat. Terlebih, dia selalu berkeliling ke desa-desa guna menyosialisasikan bahaya narkoba. Maklum, saat ini dia menjabat Kasi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat.
’’Bahkan, saat pentas wayang kulit, saya selalu menyelipkan pesan stop narkoba pada sesi tertentu. Misal, ketika masuk sesi limbukan atau memberikan petuah,’’ ungkap bapak empat anak itu.
Dia menuturkan, ada kebanggaan tersendiri ketika bisa mementaskan wayang kulit. Selain menyalurkan hobi dan melestarikan budaya, dia bisa menyampaikan misi kantornya tentang bahaya narkoba.
Slamet mengaku suka mendalang sejak kecil. Dari silsilah keluarganya, dia sudah memiliki darah seni. ’’Kakek saya dulu juga pendalang,” kata pria berkumis tebal tersebut.
Ilmu mendalang diperolehnya dari guru dalang yang sempat mendapat pengakuan tingkat provinsi. Pada 2003, Slamet menjadi penyaji terbaik dalam festival dalang se-Jatim. ’’Kala itu, saya mewakili Kabupaten Blitar dan mampu meraih predikat penyaji terbaik se-Jatim,” terang suami Yuni Sudarwati itu.
Dia mengaku akan terus memainkan wayang kulit atau kesenian lainnya. Terlebih, kesenian tersebut memiliki nilai adiluhung dan budi pekerti yang baik. ’’Misi saya dalam memainkan kesenian tradisional adalah melawan arus budaya Barat yang sudah menggempur budaya leluhur,” jelas Slamet.
Karena itu, dia akan mewariskan skill mendalang untuk diturunkan kepada anak-anaknya. Bahkan, kini dia memasukkan anaknya ke sekolah dalang. ’’Keluarga kami adalah keluarga dalang. Jadi, generasi di keluarga kami kelak harus bisa mendalang untuk mewarisi ilmu dari leluhurnya,” tuturnya.