Isyarat Bunuh Diri dari Keluarga
STOCKHOLM – Kepergian DJ Avicii masih memunculkan tekateki. Apa penyebab kematian musisi EDM yang baru berusia 28 tahun tersebut? Kepolisian di Muscat, Oman, tempat Avicii ditemukan tidak bernyawa pada Jumat (20/4), sudah menyatakan bahwa tidak ada kejanggalan pada kematiannya. Namun, tetap saja publik dan fans bertanya-tanya.
Pada Kamis malam (kemarin dini hari, Red), keluarga musisi yang terlahir dengan nama Tim Bergling itu merilis surat terbuka. Isinya malah makin menyiratkan teka-teki. Sebab, dari kalimatkalimat yang ditulis kedua orang tua Avicii, Anki Lidén dan Klas Bergling, tersebut, ada indikasi anaknya bunuh diri.
’’Tim kami yang tersayang adalah seorang pencari, pemilik jiwa artistik yang rapuh, yang selalu mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan tentang eksistensi. (Dia adalah) sosok perfeksionis yang banyak bepergian dan bekerja keras dalam kecepatan yang bisa mengakibatkan tekanan ekstrem.’’ Begitu bagian awal surat itu sebagaimana dikutip USA Today.
Ketika berhenti tur pada 2016, ungkap surat itu, Avicii ingin menemukan kembali keseimbangan hidup. Dia ingin bahagia dan bisa mengerjakan kembali apa yang dicintainya, musik. ’’Dia bergumul dengan pemikiran tentang makna, hidup, dan kebahagiaan. Dia tidak bisa melakukannya lebih jauh lagi.’’
Dugaan bunuh diri menjadi masuk akal jika kita menonton kembali film dokumenter Avicii: True Stories yang dirilis tahun lalu. Film garapan Levan Tsikurishvili yang syutingnya dilakukan 2012–2016 itu mengungkap konflik hitmaker Wake Me Up tersebut dengan manajernya, Arash Pournouri. Pria yang melejitkan Avicii sejak sang DJ berusia 17 tahun itu mendorong kliennya bekerja superkeras.
Perseteruan mereka meruncing pada Maret 2016. Tepatnya saat Avicii ingin pensiun dari tur. Avicii sangat lelah setelah menjalani 320 konser dalam setahun. Kepada teman-temannya, Avicii curhat bahwa dirinya minta Ash, sapaan Pournouri, untuk mengurangi jadwal. ’’Aku sudah bilang, aku bisa mati. Aku bilang berkali-kali,’’ katanya dalam film dokumenter tersebut.
Avicii sakit hati karena Ash tahu kondisi kesehatannya. ’’Dia juga tahu aku punya masalah kecemasan,’’ ucap pemilik dua album dan satu EP tersebut. Pournouri terus me-maksa Avicii tampil. Sebab, menurut dia, membatalkan konser lebih banyak ruginya daripada tampil meski tidak maksimal. Pournouri, diwawancarai dalam kesempatan terpisah, justru menyebut Avicii kekanak-kanakan dan tidak tahu makna uang.
’’Dia nggak paham bahwa keputusannya akan berpengaruh sangat buruk terhadap orang lain,’’ jelas pria berdarah Swedia-Iran tersebut. Pournouri menemukan bakat Avicii setelah melihat blognya pada 2008. Dia membantu promosi, kemudian menjadi manajernya. Hingga akhirnya, pada Desember 2016, mereka memutuskan bekerja sama.