UNBK Paket C Perdana di Penjara
SIDOARJO – Arie Andriana sudah tidak bersekolah selama dua dekade. Kemarin (27/4) dia mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) paket C di Lapas Kelas I Surabaya (Porong). Narapidana (napi) kasus narkoba itu tak sendirian. Ada 13 napi lainnya yang menjalani ujian bersama pria 40 tahun tersebut.
Arie mengaku deg-degan saat mengerjakan soal. Apalagi, ujian tersebut tidak dikerjakan dengan sistem manual. Napi yang divonis lima tahun tiga bulan itu mengerjakan soal ujian dengan komputer, tidak seperti zaman sekolah dulu.
Di ruang keamanan Lapas Porong, para peserta ujian duduk berdampingan. Sebelum token diberikan, mereka mengisi data diri. Arie yang mayoritas rambutnya sudah memutih itu tidak kesulitan mengerjakannya. ”Kemarin (Kamis) sudah simulasi,” ucapnya.
Arie ikut ujian karena ingin memperoleh ijazah setara SMA. Sebelumnya, pria asal Cimahi tersebut pernah mengenyam pendidikan di bangku SMA, tetapi protol di tengah jalan. Hingga akhirnya, dia tak memiliki ijazah.
Hal serupa dialami M. Arifin. Napi narkoba asal Kota Delta itu juga ingin memperoleh ijazah untuk mencari kerja. Selepas bebas dari lapas, dia tidak hanya ingin mendapat ilmu pengetahuan, tetapi juga bekal life skill. Misalnya, membatik dan membuat tahu.
UNBK kali pertama digelar di Lapas Porong. Bukan hanya untuk paket C, tetapi juga paket B. Ujian manual akan dilangsungkan untuk paket A. ”Jadwalnya berurutan. Mulai paket C, B, hingga A terakhir,” kata Kabid Pembinaan Lapas Porong Projo Hirnowo.
Menurut dia, pelaksanaan UNBK tersebut merupakan satu-satunya di penjara Indonesia. Lainnya masih menggunakan sistem manual, mengerjakan soal di kertas. Hal itu dapat terwujud karena kepedulian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo.
Jumlah peserta UNBK paket C di penjara selama ini cukup banyak. Ada 17 orang yang aktif. Tetapi, tiga lainnya tidak mengikuti ujian. Sebab, dua napi sudah pulang. Satu napi lainnya, Bayu A.R., putus asa karena hukumannya sangat tinggi. ”Pidananya selama 29 tahun,” ucap Projo.