Kobaran Spirit Pemburu Virtue
Tak hanya bercerita tentang perjuangan dari masa kecil hingga menjadi pebisnis berpengaruh, biografi keseharian yang dihayati dan dihidupi Ciputra.
CIPUTRA The Entrepreneur The Passion of My Life karya Alberthiene Endah berkisah tentang legenda hidup pencipta landmark Indonesia. Mulai masa kecil, remaja, saat kuliah Ciputra, sampai periode sebagai pengusaha.
Lima bab terakhir bahkan berisi spiritualitas keseharian. Yang dihayati dan dihidupi tokoh berpengaruh di bidang bisnis properti tersebut.
Dikenal luas sebagai pionir, sebagai pengembang, tangan Ciputra bak bertuah Raja Midas. Sentuhannya mengubah lahan kosong yang berupa rawa atau hutan menjadi permukiman, pusat bisnis, hotel, perkantoran, lapangan golf, apartemen, sekolah, rumah sakit, dan arena hiburan.
Visiun Ciputra melampaui zaman. Proyek-proyeknya semula menjadi bahan cibiran orang. Dianggap mission impossible.
Tapi, dia berhasil membuktikan yang tak mungkin bisa terwujud. Tahun 1961, selesai kuliah arsitek di ITB, dia menyulap Pasar Senen, Jakarta, yang kumuh, semrawut, sarang preman dan pelacuran, menjadi pasar megah dan manusiawi. Mengubah tempat jin buang anak bernama Ancol menjadi kawasan industri, permukiman, dan sentra hiburan yang fenomenal pada 1970-an.
Juga, berjaya memelopori pembangunan kota satelit Bintaro untuk mengantisipasi sesaknya Jakarta gara- gara urbanisasi pada era ’80-an. Kota yang menempel di pinggiran Jakarta itu akan menopang ketidakmampuan ibu kota merengkuh warganya. Kelak kota satelit menjamur di Jabodetabek. Platformnya meniru apa yang dirintis tim Ciputra. Dia juga membangun permukiman mewah dan padang golf bertaraf internasional di Pondok Indah. Pondok Indah Mall, yang dibangun pada 1990, menjadi pelopor kehadiran pusat perbelanjaan raksasa dan stylish di Indonesia.
Ciputra sukses pula dengan kota satelit dan kawasan elite, merintis Bumi Serpong Damai (BSD) di Tangerang. BSD kota mandiri, bukan kota satelit yang masih bergantung kota induk.
Dari Jakarta, Ciputra lalu bergerak membangun Semarang, Surabaya, Medan, dan Manado. Bangunan Ciputra juga ada di Singapura, Tiongkok, Vietnam (Hanoi), dan Kamboja (Phnom Penh). Di mana pun, bangunan Ciputra selalu menjadi landmark.
Proyek-proyek prestisiusnya selalu dihadang tantangan mahaberat. Tapi, Ciputra dan pasukannya selalu menemukan jalan keluar dari kesulitan. Filosofi bisnis yang mendasari perjuangannya disebut IPE: integritas, profesionalisme, dan entrepreneurship.
Dia tidak pernah jemawa dengan kepemilikan. Dia bangga akan prestasi yang dibuatnya. Dia senantiasa mengobarkan cahaya pengharapan kepada segenap staf. Cahaya 5D: dream, desire, drive, discipline, dan determine.
Sebenarnya, apa yang menggerakkan Ciputra hingga hidupnya bergelimang wise (kebajikan) dan virtue (keluhuran)? Sebagaimana dikisahkan dengan amat menyentuh oleh Alberthiene Endah, masa kecil Ciputra di Sulawesi Utara sangat kelam dan traumatis.
Ayahnya ditangkap Kempeitai (polisi) zaman pendudukan Jepang. Ibunya jatuh miskin. Ciputra terpaksa menjadi pemburu babi hutan buat bertahan hidup. Penderitaan memacu dia untuk terus berprestasi. Cinta ayah dan ibunya mendorongnya untuk berbuat kebajikan.
Penderitaan dan cinta itulah yang memampukan dia mengubah cacat pusaka (signature weakness) menjadi rahmat pusaka (signature strength). Mengubah lahan gelap dan kusam menjadi permukiman bercahaya yang penuh harapan. Mentransformasikan penderitaan dan kemiskinan menjadi abundance living (kelimpahan dan kemurahatian).
Kontribusi biografi ini sangat penting bagi sejarah Indonesia kontemporer. (*)