Pesawat Terguncang, Alat Bantu Lepas
Bayi Kembar Siam Dempet Perut-Dada dari Ternate
SURABAYA – RSUD dr Soetomo kembali kedatangan bayi kembar siam dempet dada dan perut. Sekitar pukul 10.30 kemarin, dua bayi tersebut tiba di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD dr Soetomo. Kembar siam dari Ternate itu dijemput langsung oleh tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) rumah sakit milik pemprov tersebut.
Bayi bernama Khalisa dan Khanisa itu lahir pada 21 Maret lalu secara Caesar. Saat itu baru diketahui bayi tersebut kembar siam. ”Terakhir pemeriksaan, usia janin tiga bulan. Itu pun di puskesmas,” ujar sang ayah, Suhardi Tjan.
Ibu Khalisa dan Khanisa, Nurhayati Syarif, sempat berencana melahirkan normal. Sebab, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa dia harus menjalani operasi. Namun, Nurhayati mengalami kesulitan saat melahirkan. Karena itu, dokter memutuskan untuk melakukan operasi. Betapa kaget mereka saat melihat anak keenam dan ketujuh pasutri SuhardiNurhayati tersebut kembar dan dempet.
Tim dokter dari RSUD dr Chasan Boesoirie, Ternate, Maluku Utara, langsung melakukan perawatan secara intensif. Sembari berkonsultasi dengan tim PPKST RSUD dr Soetomo, mereka memberikan penanganan maksimal untuk kedua bayi. ”Setelah sebulan, kami tidak yakin bisa melanjutkan dengan kondisi bayi yang mengalami kelainan pada jantung tersebut,” ujar Wadir Pelayanan RSUD dr Chasan Boesoirie drg Djubaeda Drakel SpKG.
Akhirnya, dua bayi berjenis kelamin perempuan tersebut dirujuk ke RSUD dr Soetomo. Kemarin Khalisa dan Khanisa naik pesawat sekitar 2,5 jam. Upaya itu tentu membutuhkan persiapan khusus. Sebab, dengan kelainan pada jantung, tentu risiko yang harus dihadapi saat penerbangan meningkat.
”Di dalam pesawat, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Selain tempat yang terbatas, peralatan juga harus mengantongi security clearance untuk penerbangan dari maskapai,” ujar dr Lucky Andriyanto SpAn, anggota tim penjemput. Perbedaan tekanan udara di ketinggian juga menjadi masalah berikutnya. Sebab, oksigen di ketinggian lebih sedikit daripada di darat.
”Masalah lain adalah suhu. Di pesawat, suhunya dingin sekali, sedangkan bayi rentan hipotermia,” lanjutnya. Sedangkan selama penerbangan, mereka tidak bisa menggunakan penghangat dan oksigen yang berasal dari mesin.
Untuk menghangatkan suhu, bayi dililit dengan alat penghangat sederhana dari water bag yang diisi dengan air hangat. Khanisa juga dipasangi alat bantu napas atau intubasi untuk mengurangi risiko perjalanan.
Alat intubasi pada Khanisa sempat lepas karena ada guncangan ketika pesawat mendarat di Bandara Internasional Juanda. Tim dokter pun langsung melakukan penanganan di ruang resusitasi begitu bayi tersebut tiba di IRD. Lucky menjemput Khalisa dan Khanisa bersama dr Mahendra Tri Arif Sampurna SpA dan dr Nanang Nurofik. ”Dua bayi ini bisa dipisahkan dan memiliki kemungkinan untuk survive. Meski, untuk bayi Khanisa, kondisinya lebih berat,” tutur Ketua Tim PPKST RSUD dr Soetomo dr Agus Harianto SpA (K).
Sementara itu, bayi kembar siam dempet dada dan perut dari Lamongan masih dirawat intensif di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo. Hingga kemarin, kondisi mereka naik turun, belum stabil.