Kebutuhan Insinyur Profesional Tinggi
UKWM Buka Prodi Profesi
SURABAYA – Pemerintah pusat getol membangun infrastruktur. Namun, itu tidak diimbangi dengan suplai tenaga insinyur profesional. Menjawab tantangan tersebut, kemarin Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya membuka prodi program profesi insinyur.
Prodi ke-21 UKWM itu hanya ditempuh setahun. Setiap mahasiswa yang ikut ambil bagian menjalani satu semester di kelas. Enam bulan berikutnya praktik lapangan. ’’Di Indonesia hanya ada 40 perguruan tinggi yang ditunjuk Menristek Dikti membuka program profesi insinyur,’’ ujar Rektor UKWM Kuncoro Foe.
Program studi itu menjadi jalan menciptakan insinyur profesional. Sebab, di tanah air masih sedikit yang memiliki sertifikat internasional. Karena itu, banyak tenaga profesional didatangkan dari luar negeri. ’’Padahal, poros pembangunan fisik ada di insinyur,” ujar Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak yang hadir dalam peresmian prodi program profesi insinyur.
Dia mengatakan, saat ini pemerintah gencar membangun infrastruktur. Terhitung butuh Rp 5.519,4 triliun untuk menyelesaikan berbagai proyek. Namun, kebutuhan sumber daya manusia di bidang teknik belum mencukupi. ’’Di jurusan teknik saja hanya ada 15 persen dari jumlah total mahasiswa,’’ ujar Hermanto.
Padahal, untuk menggenjot pembangunan fisik, dibutuhkan 88.759 sarjana teknik pada 2018. Kebutuhan itu meningkat dua kali lipat pada 2024 atau menjadi 182.658 orang. ’’Begitu juga jumlah insinyur profesional (IP) perlu ditingkatkan,’’ katanya.
Dengan sertifikasi IP, seorang insinyur baru bisa melakukan pekerjaan teknik bahkan di luar negeri sekalipun. Dia menambahkan, kebutuhan insinyur profesional seharusnya lebih dari 100 ribu orang. Hingga 2018, diperkirakan baru ada 12.997 IP.
Sebanyak 4.227 di antaranya adalah insinyur profesional madya dan utama (IPM/U). Sisanya baru insinyur profesional pratama (IPP).