Dihina, Bupati Lapor Polisi
Agar Warga Tidak Asal Berkomentar di Media Sosial
SIDOARJO – Unggahan di media sosial (medsos) yang berujung ke jalur hukum terjadi lagi. Bahkan, kali ini korban dan pelapornya adalah Bupati Saiful Ilah. Merasa namanya dihina melalui Facebook, bupati yang juga ketua DPC PKB Sidoarjo itu mengadu ke polisi. Yang dilaporkan adalah Nur Slamet, warga Buduran.
”Saya sadar sebagai bupati pasti menjadi sasaran kritik. Dan, saya tidak alergi dengan kritik. Tapi, jangan seperti itu. Tidak perlu menghina,” kata Saiful.
Dia gerah dengan komentar Nur Slamet di halaman Facebook salah satu radio swasta di Surabaya. Saiful menganggap komentar Nur Slamet tidak hanya pedas, tapi juga menghina. Dia merasa dipermalukan. ”Komentarnya dibaca banyak orang,” ujarnya.
Saiful mengatakan awalnya tidak tahu-menahu mengenai komentar Nur Slamet tersebut. Dia baru mengetahuinya dari koleganya. Begitu membaca, Saiful menilai komentar tersebut bukan bentuk kritik warga kepada kepala daerah, tapi sudah menjurus ke penghinaan pribadi. Kemudian, Saiful mencari identitas orang yang berkomentar itu. Akhirnya diketahui, pemilik akun tersebut adalah Nur Slamet.
Pada 31 Maret lalu, Saiful melaporkan Nur Slamet ke Kapolresta Sidoarjo Kombespol Himawan Bayu Aji. ”Saya kemudian dimintai keterangan oleh anggota beliau. Saya jelaskan, itu Bupati Sidoarjo
merupakan penghinaan,” jelasnya.
Sebulan dari laporan Saiful, polresta menindaklanjutinya. Penyidik bakal memanggil Nur Slamet. Surat panggilan itu sudah tersebar. Namun, dalam surat tertulis, pemanggilan dilakukan pada 3 Maret 2018. Padahal, tanggal pelaporannya 31 Maret. Tampaknya, tanggal surat itu salah ketik. Bisa jadi, pemanggilan terhadap Nur Slamet dilakukan pada Senin (30/4).
Saiful merasa lega dengan surat panggilan tersebut. Yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sebab, terlapor dinilai telah menghina dan mempermalukannya. Pelaporan itu sekaligus dijadikan sebagai bentuk pelajaran bagi masyarakat agar bijak dalam bermedsos. Jangan sampai media sosial dimanfaatkan untuk menebar hoax, kebencian, atau fitnah.
Saya sadar sebagai bupati pasti menjadi sasaran kritik. Dan, saya tidak alergi dengan kritik. Tapi, jangan seperti itu. Tidak perlu menghina.” Saiful Ilah