Restorasi Sekolah untuk Kuatkan Pendidikan Karakter
MUHADJIR EFFENDY Tantangan yang dihadapi dunia pendidikan kita semakin berat. Banyak yang harus dibenahi dan disiapkan untuk menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas dan berkarakter unggul. Berikut obrolan wartawan Jawa Pos FERLYNDA PUTRI dengan me
Tema Hari Pendidikan Nasional tahun ini adalah Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan. Apa targetnya?
Kebudayaan masih menjadi subordinat dari pendidikan, tidak setara. Pendidikan nanti disinari kebudayaan. Hal ini sesuai dengan pendidikan karakter. Tentunya agar pendidikan ini maju, juga kebudayaan, harus memiliki undang-undang. Sejak kita merdeka hingga sekarang belum memiliki undang-undangnya.
Apa fokus program pendidikan ke depan?
Ada beberapa hal yang dilakukan pemerintah. Misalnya, mengangkat derajat keluarga tidak mampu, memproyeksikan generasi milenial untuk menghadapi bonus demo- grafi, dan penguatan karakter. Untuk mengangkat derajat keluarga tidak mampu bisa menggunakan kartu Indonesia pintar (KIP). Menghadapi bonus demografi, salah satunya, dengan revitalisasi SMK.
Lantas, apa yang dilakukan untuk penguatan pendidikan karakter?
Akan dilakukan restorasi sekolah. Hanya baca tulis hitung sudah tidak zaman. Mengubah dari sekolah dasar menjadi pendidikan dasar. Kepala sekolah menjadi kunci. Peranannya tidak seperti dulu yang hanya pekerjaan tambahan guru. Sekarang harus menjadi manajer sekolah. Tidak ngajar lagi. Selain itu, sekolah jadi sumber belajar. Misal, ada pura, masjid, pasar, dan sebagainya. Sumber belajar bisa dari mana pun. Bisa dari seniman yang masuk sekolah. Guru menjadi moderator agar siswa dapat belajar.
Masalah apa saja yang menjadi prioritas perhatian Kemendikbud?
Sekarang banyak sekolah rusak dan guru pensiun. Apalagi, ada moratorium 2013–2014 sehingga banyak sekolah yang kurang guru. Kepala sekolah atau pemda mengangkat guru. Dana BOS digunakan untuk membiayainya, padahal tujuannya bukan untuk itu. Tahun ini akan fokus pada guru, pengangkatan besar.