Copoti Speaker Raksasa
Dua Korea Mulai Kurangi Propaganda
SEOUL – Realisasi perdamaian itu selangkah lebih dekat. Kemarin sore (1/5) Korea Selatan (Korsel) mulai mencopoti speaker raksasa yang selama ini dipakai untuk menyiarkan propaganda. Kementerian Pertahanan Korsel mengungkapkan bahwa aktivitas serupa terlihat di Korea Utara (Korut). Artinya, kedua belah pihak memiliki iktikad baik agar perdamaian kedua negara menjadi kenyataan.
Speaker propaganda di Korsel dan Korut itu dipasang sejak 1960-an. Sejak dipasang, hanya beberapa kali pengeras suara tersebut berhenti menyiarkan propaganda. Speaker itu menjadi alat untuk perang psikologis.
Dilansir Reuters, Korsel biasanya menyiarkan berita, kritik kepada Korut, dan lagu-lagu pop Korea. Di pihak lain, Korut kerap mengabarkan keberhasilan-keberhasilan negaranya dan kecaman kepada Korsel. Propaganda tersebut terhenti cukup lama sejak Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un menyatakan ingin bertemu dan berbicara dengan Presiden Korsel Moon Jae-in.
Meski menjadi pertanda baik, pencopotan speaker itu hanyalah sebuah langkah kecil. Yang paling disoroti dunia dalam pertemuan Jong-un dan Moon pada Jumat (27/4) adalah kesepakatan tentang denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Negara-negara tetangga Korut selama ini ketir-ketir dengan program nuklir Pyongyang. Terlebih, mereka sudah bisa mengembangkan misil balistik interkontinental yang bisa menjangkau Amerika Serikat.
Moon kemarin berbicara via telepon dengan Sekjen PBB Antonio Guterres. ”Presiden Moon meminta PBB membantu memverifikasi rencana penutupan tempat uji coba nuklir Korut yang terletak di Punggye-ri,” bunyi pernyataan istana kepresidenan Korsel Blue House.
Guterres menuturkan, dibutuhkan persetujuan Dewan Keamanan PBB. Untuk sementara, dia akan menugasi pejabat PBB yang menangani urusan pengontrolan senjata untuk bekerja sama dengan Korsel.
Pernyataan Korut yang bersedia menutup lokasi uji coba nuklirnya tersebut mengagetkan banyak pihak. Terlebih, selama ini Jong-un selalu berkoar-koar tentang kehebatan senjata misilnya. Suami Ri Sol-ju itu bahkan memberikan jaminan bahwa penutupan bakal dilakukan dengan transparan.
Sementara itu, hingga saat ini belum ada keputusan di mana pertemuan antara Jong-un dan Presiden AS Donald Trump. Padahal, momen bersejarah tersebut diperkirakan berlangsung dalam kurun waktu 3–4 pekan lagi. Pada Senin (30/4), Trump mencuit. Dia meminta pendapat publik seandainya pertemuan diadakan di Peace House, Zona Demiliterisasi (DMZ) Desa Panmunjom. Itulah lokasi yang sama dengan pertemuan Jongun dan Moon.