Siapkan Buku Hasil Pengalaman Pendampingan
Modal paling utama sebagai shadow teacher alias guru pendamping anak difabel adalah kasih sayang. Torando Rodina memperlakukan para muridnya dengan penuh cinta. Sang istri pun tergerak mengikuti langkahnya. Torando Rodina, Shadow Teacher Anak Difabel (2-H
BERDASAR pengalaman, Torando Rodina yang akrab disapa Tori menyebutkan bahwa anak difabel memiliki kelemahan secara akademis. Agar bisa mandiri ketika dewasa, mereka perlu dibekali banyak hal. Salah satunya, menjadikan mereka pribadi yang unggul melalui karya-karya nonakademis.
Untuk menjaga kualitas pendampingan, Tori membatasi jumlah siswa. Tahun ini dia memiliki dua anak bimbingan. Termasuk Vincent Nicholas yang sudah bersamanya selama 12 tahun terakhir. Saban hari dia memastikan bahwa Vincent yang autis itu mampu mengembangkan kemampuan melukis dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik. Mulai makan dan minum, belajar, hingga bersosialisasi dengan orang lain.
Jam kerja Tori mulai pagi hingga sore. Setiap murid punya jadwal sendiri. Misalnya, si A didampingi pukul 08.00, lalu si B pukul 12.00. Dalam sehari dia bisa membimbing lebih dari satu anak karena sebagian besar muridnya itu tidak bersekolah formal. ”Saya tidak menerima bimbingan malam karena itu waktu untuk keluarga,” ujarnya
Tori merupakan sarjana informatika. Dia lulus dari Ubaya pada 1997. Kelulusannya terbilang lambat karena sebelumnya dia adalah pebisnis. Kuliah hanya menjadi formalitas untuk mendapat gelar sarjana. Setelah itu, dia bergabung dengan Sekolah Kasih Bunda, sebuah sekolah khusus yang membimbing anakanak difabel. Sejak saat itu pula, pria 50 tahun tersebut berprofesi sebagai shadow teacher atau guru pendamping.
”Kenapa sarjana informatika malah jadi guru anak difabel? Karena itu panggilan hati. Saat kuliah, saya aktif dalam kegiatan gereja. Lalu, yayasan gereja meminta saya membantu menangani jemaat yang difabel,” ceritanya.
Tori membantu guru di sekolah dan orang tua di rumah untuk mengembangkan kemampuan anak-anak difabel. Tugas utamanya adalah membuat anak-anak difabel berkomunikasi dengan baik. ”Kalau sudah berkomunikasi dan bisa diperintah, mengerjakan sisanya akan lebih mudah,” terangnya.
Menemukan bakat anak difabel adalah tantangan lainnya. Shadow teacher biasanya dipilih orang tua anak difabel. Tugasnya selesai ketika orang tua itu berhenti mempekerjakan atau setelah tujuan pendampingan tercapai.
Semula Tori bekerja sendiri. Namun, melihat kesungguhan hati dan kasih sayang yang diberikan suaminya kepada anak-anak bimbingannya, Dian Kurniawati pun mengikuti langkah Tori. Tori memang sering bercerita tentang anak-anak asuhnya. Dian jadi merasa sedih. Apalagi, ada satu anak cerebral palsy yang dijauhi orang-orang di lingkungannya, bahkan keluarganya sendiri. ”Istri saya tersentuh dan dia memutuskan ikut memberikan kasih sayangnya kepada anak-anak itu,” tutur Tori.
Pada saat menjadi shadow teacher, Tori juga pernah menjadi guru di SMP Ciputra pada 2006–2017. Namun, dia berhenti. Di antara puluhan anak yang ditanganinya, mayoritas telah menemukan bakat mereka. Misalnya, melukis, menyanyi, memasak, dan membuat kerajinan tangan.
Selain menjadi guru pendamping, Tori dan istrinya kini aktif mengisi seminar dan menjadi pembicara bagi guru-guru sekolah luar biasa dan orang tua anak difabel. Mereka juga punya ruang diskusi dengan membuka grup Peduli Anak Berkebutuhan Khusus di Facebook.
Saat ini Tori melakukan riset cara menemukan bakat-bakat hebat dalam diri anak difabel. Ketika melakukan bimbingan, dia merekam dan memotret untuk membantu penelitiannya. ”Nanti dokumentasi itu akan kami jadikan buku untuk membantu mereka yang membutuhkannya,” ujar warga Ketintang itu.