Jawa Pos

Tujuh Anak Selamat, Satu Meninggal

Berenang di Kubangan Bekas Tambang

-

GRESIK – Tangis Zulaikha meledak. Begitu melihat tubuh anak ketiganya, Muhammad Tri Ramadhani, terbujur kaku, perempuan 42 tahun itu histeris. Sang putra sudah menjadi mayat. Bocah 11 tahun tersebut tewas tenggelam di kubangan bekas tambang galian C, Desa Wadeng, Kecamatan Sidayu, kemarin (1/5). Dia sedang bermain.

Zulaikha dan Kasto, suaminya, tidak tahu. Putra mereka, Rama –panggilan Ramadhani– pagi itu bermain di kubangan bekas tambang. Rama keluar rumah pagi-pagi sekali. Dia bermain dengan tujuh temannya. Semua anak-anak. ’’Tidak pamit,’’ kata Kasto.

Menurut warga Desa Sukorejo, Sidayu, tersebut, Rama mulai keluar rumah pukul 06.00. Dia pergi bersama Riki, Aril, Yoga, Dani, Febiyan, Firsa, dan Fajar. Kedelapan bocah tersebut hendak berenang. Mereka membawa batang pohon pisang. Maksudnya untuk pelampung.

Ramai-ramai delapan anak itu menuju bekas tambang di Desa Wadeng. Mereka tiba sekitar pukul 07.00. Beberapa anak melepas pakaian. Lalu, mereka melompat ke kubangan air. Teriakan gembira terdengar. Sambil menunggu teman yang lain, mereka berpeganga­n batang pohon pisang itu. Panjangnya sekitar 4 meter.

Nahas terjadi. Tiba-tiba batang pohon pisang itu oleng. Rama terempas ke tengah kubangan. Panik dan gelagapan. Dia berteriak minta tolong. Melambaila­mbaikan tangan. Teman-temannya tidak berani mendekat. Sebab, kubangan air tersebut cukup dalam. Sedalam 3 meter hingga 4 meter.

Teman-teman Rama memilih menepi. Mereka lalu meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Beberapa warga datang di lokasi kejadian. ’’Ada yang menghubung­i kantor kami,’’ kata Kanitreskr­im Polsek Sidayu Aiptu Bakhtiaris.

Anggota polisi segera meluncur ke lokasi kejadian. Medan yang ditempuh berat. Selain menanjak, jalannya berlumpur. Polisi sampai menggunaka­n mobil pikap dobel kabin agar bisa menaklukka­n medan dengan cepat.

Beberapa anggota dibantu warga sekitar masuk ke kubangan air. Tubuh korban ditemukan. Namun, nyawa Rama tidak bisa ditolong. Teman-temannya bingung. Ada pula yang menangis. Mereka takut disalahkan. ’’Saya tidak tahu,’’ ucap Aril.

Tubuh Rama lantas dievakuasi ke darat. Jenazah bocah kelas IV SD itu langsung dibawa ke rumah duka dengan menggunaka­n mobil polisi. Suasana duka menyeruak. Keluarga tidak membuat laporan polisi. Mereka juga belum bisa dimintai keterangan. ’’Sedang berduka,’’ kata Kapolsek Sidayu AKP Siswanto.

Meski demikian, Polsek Sidayu tetap berkoordin­asi dengan tim identifika­si Polres Gresik. Sekitar pukul 09.00 tim identifika­si tiba di lokasi kejadian. Garis polisi dipasang. Olah tempat kejadian perkara (TKP) dilakukan.

AKP Siswanto mengatakan, di area bekas tambang itu sejatinya ada penjaga. Namun, anak-anak berangkat ke lokasi sangat pagi. Penjaga yang bertugas belum datang. Lokasi tersebut juga bukan tempat umum. Sudah ada spanduk larangan. Isinya, peringatan bahwa area bekas tambang tersebut berbahaya. ’’Tapi, namanya anak-anak,’’ ucapnya.

AKP Siswanto mengimbau orang tua agar lebih memperhati­kan anak-anaknya. Sebab, kejadian tersebut bukan kali pertama. Kasus anak tenggelam juga pernah terjadi di Balongpang­gang. ’’Yang jelas, pengawasan dari orang tua perlu ditingkatk­an,’’ tandasnya.

 ?? ADI WIJAYA/JAWA POS ?? OLAH TKP: Tim identifika­si Polres Gresik melakukan olah TKP di kubangan bekas galian C tempat Rama meninggal. Delapan anak hendak berenang di lokasi tersebut.
ADI WIJAYA/JAWA POS OLAH TKP: Tim identifika­si Polres Gresik melakukan olah TKP di kubangan bekas galian C tempat Rama meninggal. Delapan anak hendak berenang di lokasi tersebut.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia