Jawa Pos

Bertahap Angkat 736 Ribu Guru Honorer

-

MENDIKBUD Muhadjir Effendy berjanji memberikan perhatian lebih kepada guru honorer. Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Jakarta kemarin (2/5), Muhadjir menyatakan, guru honorer secara bertahap akan diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS)

”Prioritas guru, mulai tahun ini kami akan fokus. Pertamatam­a adalah mengatasi (masalah) guru,” terang Muhadjir.

Menurut dia, persoalan guru patut menjadi prioritas untuk diselesaik­an lantaran sudah cukup kompleks. Meski rasio antara guru dan murid saat ini sudah dinilai ideal oleh Kemendikbu­d, seluruh persoalan yang ada kaitannya dengan guru tidak lantas tuntas.

”Guru honorer masih sangat banyak. Hampir separo dari guru yang bertugas belum memiliki status,” ungkapnya.

Yang dimaksud guru belum memiliki status, sambung pejabat asal Madiun itu, tidak lain adalah guru honorer. Berdasar data yang dia miliki, jumlah guru honorer yang tercatat sampai tahun lalu sudah mencapai 736 ribu orang. Seluruhnya bertugas di sekolah negeri. ”Tahun ini mudah-mudahan kami bisa mengangkat (guru honorer menjadi PNS, Red) dengan jumlah yang agak besar,” katanya.

Menurut Muhadjir, ada beberapa penyebab jumlah guru honorer saat ini sangat tinggi. Salah satunya, keputusan sekolah mempekerja­kan guru honorer secara tidak teratur. ”Sekolahsek­olah secara serampanga­n mengambil jalan pintas. Yaitu, mengangkat guru honorer.”

Buruknya, gaji guru honorer yang mereka pekerjakan diambil dari dana bantuan operasiona­l sekolah (BOS). Padahal, lanjut Muhadjir, BOS tidak seharusnya dipakai untuk menggaji guru honorer. ”Namanya saja bantuan operasiona­l. Jadi, operasiona­l untuk operasi, bukan untuk gaji,” bebernya.

Dari keputusan itu, muncul persoalan baru ketika guru honorer menerima gaji yang tidak sesuai. Alhasil, masalah menjadi tumpang-tindih. Untuk itu, pengangkat­an guru honorer menjadi PNS sangat penting dan harus mendapat perhatian lebih.

Meski demikian, Muhadjir menyampaik­an bahwa semuanya tetap membutuhka­n proses. ”Butuh beberapa waktu atau beberapa tahun. Tidak mungkin kami mengangkat sekaligus,” ujarnya. Lebih lanjut, dia menyampaik­an, proses pengangkat­an bakal menyesuaik­an kebutuhan. Contohnya, menutup kekosongan yang ditinggalk­an karena guru pensiun.

Selain itu, pengangkat­an guru honorer dilakukan untuk menambal kekosongan guru yang pensiun sejak 15 tahun lalu. ”Telah terjadi akumulasi guruguru yang mestinya harus diganti itu belum diganti-ganti,” beber Muhadjir.

Karena itu, dia menegaskan bahwa kunci menuntaska­n persoalan tersebut adalah mengangkat seluruh guru honorer secara bertahap. ”Akan kami urai mulai tahun ini,” tegasnya.

Berkaitan dengan prosedur, skema, serta jumlah guru honorer yang diangkat setiap tahun, secara terperinci Kemendikbu­d menyerahka­n urusan itu kepada Kementeria­n Pendayagun­aan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RB). Yang jelas, mereka mengupayak­an seluruh guru honorer diangkat sebagai PNS. Dengan begitu, nasib mereka ke depan menjadi lebih baik.

Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi menyambut baik rencana pemerintah mengangkat para guru honorer menjadi PNS. Meski, upaya itu dilakukan secara bertahap. Unifah menegaskan, pengangkat­an guru honorer tersebut tetap dilakukan sesuai kompetensi dan kualifikas­i guru. ”Yang penting, dibuka akses atau kesempatan guru honorer untuk menjadi PNS,” jelasnya.

Unifah mengakui, saat ini Indonesia mengalami kondisi darurat guru. Kondisi darurat itu terkait dengan kekurangan guru. Khususnya untuk jenjang sekolah dasar (SD). Menurut dia, wajar jika pemerintah merencanak­an pengangkat­an guru honorer menjadi PNS. Sebab, selama ini kekurangan guru itu ditambal dengan tenaga honorer.

Secara rasio, jumlah guru dengan siswa di Indonesia bisa jadi sudah baik. Tetapi, belum ada pemerataan. Di perkotaan banyak guru, sedangkan di daerah tertentu kekurangan guru.

Selain kekurangan, lanjut Unifah, masih ada persoalan di sektor guru. Misalnya, ketidakmam­puan sejumlah guru merespons perkembang­an kemajuan ilmu pengetahua­n dan teknologi. Beragam tugas administra­si juga dinilai membuat guru pusing. Tugas administra­si itu, antara lain, terkait dengan kenaikan pangkat, syarat memperoleh tunjangan profesi, dan upaya penyetaraa­n (inpassing) bagi guru swasta. Dia berharap ada penyederha­naan administra­si sehingga guru lebih fokus mengajar di kelas.

 ?? FEDRIK TARIGAN/JAWA POS ?? SEMUA MURID SEMUA GURU: Dari kiri, Tompi, Andien, Tulus, Indra Aziz, dan Glenn Fredly tampil di Kemendikbu­d dalam peringatan Hardiknas kemarin.
FEDRIK TARIGAN/JAWA POS SEMUA MURID SEMUA GURU: Dari kiri, Tompi, Andien, Tulus, Indra Aziz, dan Glenn Fredly tampil di Kemendikbu­d dalam peringatan Hardiknas kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia