Jawa Pos

Masuk Kategori Usia Minimal, Hari H Pakai Kebaya

Nadana Khairunisa Puspa, Pelajar SMP yang Ikut Dive Kartini

- ZAKI JAZAI, Trenggalek

Momen Hari Kartini pada 21 April lalu memberikan pengalaman tersendiri bagi Nadana Khairunisa Puspa. Ketika mayoritas pelajar seusianya pergi ke sekolah dengan pakaian adat daerah, pelajar kelas VIII SMP tersebut menyelam di dasar laut Pantai Pasir Putih Situbondo untuk mengibarka­n Merah Putih bersama 214 perempuan lain.

HAMPIR tidak ada aktivitas yang berbeda ketika Jawa Pos Radar Trenggalek berkunjung ke SMPN 3 Trenggalek kemarin (2/5) yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Setelah upacara bendera, seluruh siswa bergantian masuk kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Bersamaan dengan itu, terlihat seorang gadis berhijab masuk ke ruang kepala sekolah.

Ya, gadis tersebut adalah Nadana Khairunisa Puspa. Saat itu dia dipanggil Kepala SMPN 3 Trenggalek Sardiani Tri Utomo untuk berbagi pengalaman tentang keberanian­nya mengikuti Dive Kartini atau menyelam ke dasar laut hingga memecahkan rekor Muri. Pengalaman tersebut akan dibagikan agar siswa yang lain juga termotivas­i.

’’Sebenarnya, ada dua wanita peserta dari sini (Trenggalek, Red). Satu saya dan satu lagi seorang ibu rumah tangga,’’ ungkap Nadana.

Semula, dia tak menyangka bisa ambil bagian dalam acara tersebut. Hal itu bermula ketika ada pendaftara­n pada Febuari lalu. Nadana yang merasa mampu memenuhi persyarata­n pun ikut mendaftar.

Persyarata­n utamanya adalah perempuan, bisa berenang, dan usia termuda 14 tahun. ’’Karena usia saya memenuhi persyarata­n batas usia minimal, seluruh persyarata­n terpenuhi dan langsung mendaftar. Ketika itu dari sini tidak ada yang berani mendaftar,’’ ungkapnya.

Sejak saat itu, Nadana mengikuti seleksi sekaligus pelatihan oleh TNI-AL. Tahap pertama seleksi dilakukan dengan melihat kemampuan berenang peserta di kolam, apakah bisa mengapung di air tanpa bergerak atau tidak.

Jika tahap itu telah dilalui, barulah peserta diseleksi terkait dengan kemampuan mereka berenang jalan ke belakang mirip renang gaya punggung. Setelah semua tahap tersebut dilalui, seluruh peserta dikenalkan dengan berbagai macam alat menyelam.

’’Seleksi sekaligus pelatihan itu dilaksanak­an sekitar empat hari di salah satu kolam renang di Surabaya,’’ ujar gadis asal Desa Sambirejo, Kecamatan Trenggalek, tersebut.

Setelah tahap pengenalan tersebut, Nadana terus berlatih setiap minggu di kolam renang wilayah Trenggalek. Kendati hanya latihan, tetap saja dia mendapat bimbingan dari anggota TNI-AL.

Pelatihan tersebut terus dilakukan hingga geladi bersih, yaitu H-3 pelaksanaa­n. Dalam geladi bersih itulah Nadana kali pertama merasakan berenang dan menyelam di laut.

Sementara itu, tahap geladi bersih hampir sama dengan tahap latihan. Yaitu, berenang menghadap ke belakang dari tepi pantai sejauh 100 meter, kemudian menyelam dan duduk di dasar laut.

Setelah geladi bersih, dilakukan pengibaran bendera Merah Putih di dasar laut, tepat pada peringatan Hari Kartini. ’’Tantangan sebenarnya muncul ketika pelaksanaa­n. Seperti peringatan Hari Kartini pada umumnya, ketika pelaksanaa­n, seluruh peserta memakai pakaian adat daerah. Saya mengenakan kebaya,’’ ungkap putri kedua pasangan Lulus Setya Budhi dan Musrikah tersebut.

Kendati demikian, hal itu tidak menjadi masalah. Sebab, bagi Nadana, masalah utama dalam kegiatan itu adalah teknik mengatasi tekanan air.

Ketika menghadapi tekanan air, jika telinga terasa sakit, dia harus menahan napas dengan memencet hidung. Hal tersebut sulit dilakukan karena saat itu dia memakai peralatan renang lengkap.

Selain itu, ada kekhawatir­an oksigen dalam tabung tidak bisa dipakai hingga upacara pengibaran bendera selesai.

 ?? ZAKI JAZAI/JAWA POS RADAR TRENGGALEK ?? MEMBANGGAK­AN: Nadana ditemui di sekolahnya kemarin.
ZAKI JAZAI/JAWA POS RADAR TRENGGALEK MEMBANGGAK­AN: Nadana ditemui di sekolahnya kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia