Turunkan Berat Badan dan Latihan Logat Sunda
Ngobrol Ananta dengan Michelle Ziudith dan Fero Walandouw
JAKARTA – ’’Jika hidup adalah kertas putih, maka kuas adalah segala tindakan dan perbuatan kita.’’ Kalimat itu diucapkan Tania (Michelle Ziudith) dalam trailer film
Ananta. Drama yang diadaptasi dari novel karya Risa Saraswati tersebut tayang di bioskop mulai hari ini (3/5). Disutradarai Rizki Baldi, film produksi MD Pictures itu memasangkan Michelle dengan Fero Walandouw sebagai Ananta. Saat berkunjung ke redaksi Jawa Pos di Graha Pena Jakarta kemarin (2/5), keduanya berbicara tentang karakter yang dimainkan, benang merah yang menautkan, serta tentang cinta.
Ceritakan karakter yang diperankan?
Michelle: Tania ini emosional, temperamental, introver, idealis, ansos (antisosial) juga. Dia sangat berbakat melukis, menuangkan pikirannya lewat lukisan.
Fero: Ananta pemuda asal Subang yang lugu dan tulus. Persamaan (dan perbedaan) dengan karakter yang dimainkan?
Michelle: Sama-sama suka gambar. Introver juga dulunya, dan ansos. Sampai dibilang sombong waktu awal-awal masuk ke entertainment. Jadi, ngelihat Tania ini seperti melihat diri Michelle yang dulu. Tapi, kalau Tania idealis, Michelle fleksibel.
Fero: Wah, Ananta ini beda 180 derajat sama Fero. Dari latar, sifat, dan sikap. Juga dialek, karena Ananta berbicara dalam dialek Sunda. Postur dan gestur pun sangat beda, aku harus nurunin berat badan sekitar 8–10 kilo. Karena posturnya nggak boleh tegap. Butuh effort besar.
Hal menarik yang disajikan Ananta?
Fero: Menghibur, plus banyak value yang ditampilkan. Dari sisi keluarga, anak-anak yang punya talenta besar tapi dipandang aneh, itu ada dalam sosok Tania. Kedewasaan dan kematangan seorang pria ada pada diri Pierre (diperankan Nino Fernandez). Ketulusan cinta dan pengorbanan ada dalam diri Ananta. Komplet.
Michelle: Pas meranin Tania, aku jadi ngerasain, banyak remaja yang punya esensi besar terhadap seni tapi nggak berani atau nggak dapat support dari lingkungan terdekat. Sering dianggap absurd. Ayo jangan malu untuk ekspresikan dirimu.
Hal-hal apa yang bisa bikin kalian jatuh cinta?
Michelle: Yang bikin tertarik untuk kenal lebih dalam, cara dia ngomong dan isi pembicarannya. Mau seganteng apa pun, kalau omongannya nggak berbobot, bye. Hahaha.
Fero: Untuk pandangan pertama, ketertarikan fisik. Tapi, cinta yang bertahan lama itu yang sudah teruji, berbekal ketulusan, rasa percaya, dan kenyamanan. Tipe ideal pasangan yang seperti apa?
Michelle: Dia harus lebih pintar dari aku. Satu lagi, lihat dari cara dia bertelepon sama mamanya. Kalau dia sama mamanya aja bicaranya kasar, good bye deh. Aku lihat cara dia memperlakukan orang tua, keluarga.
Fero: Perempuan sederhana, ibaratnya bisa diajak makan di warung kaki lima. Bisa saling support, smart, dan punya prinsip.
Pernah jatuh cinta dengan sosok yang sebelumnya nggak terbayangkan seperti di film Ananta?
Michelle: Pernah. Cinta itu hadir karena rasa nyaman. Bukan karena kegantengan. Dari dulu sampai sekarang, pacar aku nggak ada yang ganteng, hahaha. Tapi, dia baik sama mamanya.
Fero: Pernah, pernah. Karena rasa nyaman itu tadi. Nggak kebayang akhirnya jadi cinta. Tapi, jangan ditanya siapa, ya.