Jawa Pos

Jangan Sampai Orang Tua Tidak Tahu Potensi Buah Hati

Ruang Layanan ABK Siola Tangani Anak Tak Mampu

- DEBORA DANISA S.

Masih banyak anak berkebutuh­an khusus (ABK) yang diperlakuk­an berbeda dari anak pada umumnya. Padahal, mereka juga punya potensi yang mungkin lebih dari orang biasa. Karena itu, pemkot tidak ingin luput memberikan perhatian kepada mereka.

SALAM, 6, asyik bermain dengan sejumlah mainan ronce warnawarni. Bentuknya beragam. Ada segi tiga, segi enam, hingga lingkaran. Bagi anak seusianya, merangkai mainan pada seutas tali mungkin perkara yang mudah. Namun, tidak bagi Salam.

Seorang terapis menemani Salam di salah satu ruang bermain anak berkebutuh­an khusus (ABK) di Siola kemarin (2/5). Sri Asih Andayani namanya. Usianya 40 tahun. Dia telaten membimbing Salam. Sabar. Hingga Salam tuntas meronce. ’’Memang mereka begini. Kalau mau memasang agak sulit,’’ ujar Sri.

Dia menyatakan, ABK seperti Salam sama seperti orang biasa yang tangannya dibungkus sarung tangan ninja yang besar. Terlalu licin untuk meronce. Meski begitu, Salam tidak bosan. Dia malah bersemanga­t memasukkan biji-biji ronce berikutnya. Dia berusaha dan terus berusaha. Berselang-seling. Merah, kuning, hijau, dan biru.

Menurut Sri, aktivitas tersebut baik untuk melatih motorik halus Salam. ’’Warna-warna juga bisa merangsang kreativita­snya,’’ lanjutnya. Kegiatan meronce yang dilakoni Salam kemarin masih termasuk sederhana. Ada yang lebih rumit.

Salam hanya satu di antara sekian ABK yang kali pertama mendapat kesempatan untuk merasakan ruang bermain yang baru. Ruang layanan ABK itu dibuka pemkot. Tidak jauh dari Pusat Pembinaan Keluarga (Pus- paga) di lantai 2 Siola. Di sana, ruangan tersebut dibagi lagi menjadi beberapa ruangan yang lebih kecil. Ada lima ruang terapi yang berisi satu meja dan empat kursi kecil. Ukurannya sekitar 4 x 2 meter. Ruang terapi tersebut dikhususka­n untuk ABK yang berinterak­si dengan terapis atau psikolog secara pribadi.

Sebelum masuk ke ruang terapis, anak-anak lebih dulu diobservas­i. Mereka masuk ke satu ruangan. Ukurannya lebih besar. Ruangan itu digunakan untuk mengetahui keadaan awal. Setidaknya melihat penanganan seperti apa yang bisa diberikan.

Di sebelahnya tersedia satu lagi ruangan. Ruangan itu paling besar. Di dalamnya terdapat bermacamma­cam mainan. Mulai bonekabone­ka sampai perosotan plastik mini. Anak-anak bisa bebas bermain dan melatih motorik kasarnya di sana.

Ruang layanan tersebut merupakan pengembang­an dari Puspaga yang digagas dinas pengendali­an penduduk, pemberdaya­an perempuan, dan perlindung­an anak (DP5A). Kepala DP5A Antiek Sugiharti menuturkan bahwa masih banyak orang tua yang tidak paham bahwa anaknya termasuk kategori ABK. Jadi, perlakuan yang diberikan kepada sang anak kurang tepat. ’’Kami tidak bisa mengetahui persisnya apakah orang tua ini punya biaya atau tidak untuk memeriksak­an anaknya,’’ kata Antiek setelah peresmian kemarin.

Ruang layanan ABK itu dibuka untuk mencukupi kebutuhan orang tua, terutama yang kurang mampu. Pemkot tidak ingin ABK di Surabaya tidak mendapat penanganan dengan baik. Dampaknya, potensinya tidak bisa berkembang.

DP5A sudah bekerja sama dengan sejumlah komunitas. Salah satunya Komunitas Bina Anak Istimewa untuk menyediaka­n terapis dan psikolog. Dalam sehari akan ada lima sampai sepuluh terapis dan psikolog yang siap melayani ABK beserta orang tuanya.

 ?? DITE SURENDRA / JAWA POS ?? RAMAH ANAK: Wahyu Ernawati (kanan) mengarahka­n Kalinda Ayu di ruang bermain anak berkebutuh­an khusus di Siola lantai 2 kemarin (2/5).
DITE SURENDRA / JAWA POS RAMAH ANAK: Wahyu Ernawati (kanan) mengarahka­n Kalinda Ayu di ruang bermain anak berkebutuh­an khusus di Siola lantai 2 kemarin (2/5).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia