Jaring 16 Ribu Pelanggar
Selama 12 Hari Razia
SIDOARJO – Belum semua warga patuh pada peraturan lalu lintas. Itu terlihat dari jumlah penindakan jajaran kepolisian pada Operasi Patuh Semeru 2018. Dalam kurun waktu 12 hari saja, angka penindakan sudah mencapai 16 ribu.
Wakasatlantas Polresta Sidoarjo AKP I Gusti Made Merta menyatakan, operasi terpusat yang berlangsung dua pekan tersebut memang mengedepankan penindakan. Jadi, petugas yang menemukan pelanggaran tidak akan segan untuk langsung memberikan surat tilang. ”Biar ada efek jera yang dirasakan,” tuturnya kemarin (7/5).
Mengabaikan peraturan lalu lintas, kata Gusti, tidak bisa ditoleransi. Sebab, tidak sedikit kasus kecelakaan yang disebabkan kelalaian. Misalnya mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm, berboncengan tiga, atau membawa kendaraan meski belum mengantongi lisensi berkendara (SIM). ”Jelang puasa, kami harus lebih giat meningkatkan kesadaran berlalu lintas masyarakat,” ucapnya.
Operasi digiatkan bukan tanpa alasan. Berdasar analisis yang dilakukan, mobilitas warga diprediksi lebih meningkat daripada biasanya. Jika pengendara tidak mematuhi peraturan, bisa jadi angka kecelakaan lalu lintas terus bertambah. ”Operasi terpusat ini adalah antisipasi dari polisi. Jangan sampai pada momen Lebaran banyak korban berjatuhan di jalan,” tuturnya.
Gusti menambahkan, penindakan terhadap pelanggar lalu lintas digelar di seluruh tempat yang terindikasi rawan. Jadi, polsek jajaran turut serta melakukan razia di wilayah. ”Hingga hari ini (kemarin, Red) total pelanggar sudah mencapai 16 ribu,” sebutnya.
Mayoritas pengendara yang mendapat ”hadiah” surat tilang adalah anak di bawah umur. Terutama pelajar yang membawa motor ke sekolah. Jumlahnya nyaris setengah dari total penindakan. Fenomena pelajar bermotor itu salah satu atensi polisi sejak dua tahun terakhir. ”Orang tua seharusnya ikut melarang. Bukan justru mengizinkan dengan alasan sibuk dengan pekerjaan,” tegasnya.
Mengizinkan bocah mengendarai motor sendiri, imbuh Gusti, bisa diibaratkan bom waktu. Lambat laun petaka bisa terjadi. Sebab, emosi berkendara mereka masih belum stabil sehingga rawan membuat keputusan yang salah di jalan. Antara lain melaju secara ugal-ugalan atau mendahului dari kiri. ”Di luar operasi terpusat, kami akan terus menggelar razia untuk menyukseskan program Save Our Student,” ucap dia.
Mantan Kasatlantas Polres Nganjuk itu berharap penindakan yang digelar secara masif dapat mengubah pola pikir warga. Dari yang abai menjadi pelopor tertib berlalu lintas.