Jawa Pos

BN Kalah Suara, tapi Menang Kursi

Hasil Polling Merdeka Centre Jelang Pemilu Malaysia Hari Ini

-

KUALA LUMPUR – Pada hari pilihan raya umum hari ini, Daud Yacob tahu sekali kepada siapa suaranya akan diberikan

Laporan INDRIA PRAMUHAPSA­RI dari Kuala Lumpur

’’Anda tahu Tun Mahathir? Dia pernah menjadi perdana menteri kami. Sekarang saya ingin dia memimpin lagi,’’ kata warga Kuala Lumpur itu kepada

Jawa Pos di kawasan KL Sentral kemarin (8/5).

Bagi Daud, Mahathir adalah harapan perbaikan bagi Malaysia. Sebab, di matanya, Perdana Menteri Najib Razak telah gagal menyejahte­rakan rakyat. GST (goods and services tax) alias pajak barang dan jasa yang berlaku sejak April 2015 justru membuat warga menjerit.

’’Kami mau bikin Najib (PM Malaysia Najib Razak, Red) tumbang,’’ ujarnya.

Dukungan yang sama untuk Dr M –julukan Mahathir– juga disuarakan mantan kolega, lalu berubah jadi seteru, dan kini berkolabor­asi lagi, Anwar Ibrahim. Pemimpin oposisi yang masih dipenjara itu mengeluark­an pernyataan agar para pendukungn­ya bersatu mengguling­kan koalisi berkuasa, Barisan Nasional (BN). Dan, memberikan suaranya ke Mahathir yang kini satu barisan dengannya di Pakatan Harapan

(lihat grafis peserta pemilu).

’’Saya menyerukan agar kalian mendukungn­ya (Mahathir) untuk memperbaik­i kebobrokan negara akibat ulah dan penyalahgu­naan kekuasaan UMNO-BN di bawah pimpinan Dato Seri Najib Razak,’’ tulis Anwar di akun Facebook resmi Parti Keadilan Rakyat (PKR).

Bisa dibilang, Pilihan Raya Umum (PRU) 14 alias General Election 14 (GE14) kali ini merupakan pertempura­n antara Perdana Menteri (PM) Najib Razak yang membawa bendera BN melawan Anwar dan Mahathir dengan koalisi PH-nya.

Tentu tak akan mudah mengguling­kan koalisi berkuasa di bawah pimpinan UMNO, partai pemenang pemilu sejak Malaysia merdeka dari Inggris pada 1957. Logika bahwa UMNO/BN adalah negara/ Malaysia sudah demikian mengakar selama enam dekade terakhir.

Namun, di sisi lain, BN diperkirak­an juga harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk memenangi pemilu kali ini. Menurut Rashaad Ali, pengamat politik dari S. Rajaratnam School of Internatio­nal Studies, di luar masalah korupsi 1MDB, persoalan yang lebih besar adalah biaya hidup yang terus naik.

’’Masalah lain seperti korupsi adalah nomor dua bagi penduduk Malaysia,’’ ujar Rashaad kepada CNBC.

Kemarin (8/5) Najib mengunggah pidatonya secara langsung pada pukul 14.00 GMT (21.00 WIB). Pada waktu yang hampir bersamaan, Mahathir juga mengunggah video pidatonya di Langkawi secara langsung. Itu akan menjadi pidato terakhir para pemimpin koalisi sebelum tempat pemungutan suara (TPS) dibuka hari ini pukul 00.00 GMT.

Beberapa lembaga survei telah merilis hasil jajak pendapat mereka. Salah satunya Merdeka Center. Hasilnya, PH diperkirak­an meraup 43,7 persen popular vote, sedangkan BN mendapat 40,3 persen.

Tapi, meski unggul, berdasar sistem pemilu di Malaysia, yang diukur bukan suara mayoritas. Melainkan perolehan kursi di parlemen.

Mirip pemilu di Amerika Serikat, yakni yang menang adalah peraih electoral vote terbanyak. Dalam pemilu terakhir, Hillary Clinton merebut popular vote lebih banyak. Tapi, Donald Trump-lah yang terpilih sebagai presiden AS karena mendapat electoral vote lebih banyak.

Sebab, sistem pemilihan di sana menganut prinsip the winner takes all. Jadi, meski kalah di popular vote, kalau bisa memenangi daerah pemilihan yang menyediaka­n kursi lebih banyak, dialah yang menang.

BN diperkirak­an memenangi 100 dari 222 kursi di parlemen. Di lain pihak, PH hanya mendapat 83 kursi. Untuk membentuk pemerintah­an, dibutuhkan 112 kursi. Pada Pemilu 2013, BN mendapat 133 kursi.

Jika prediksi tersebut benar, semua bergantung pada sisa kursi tersebut milik siapa. Jika itu adalah milik PAS (Partai Islam Se-Malaysia), bola panas berada di tangan mereka. Tinggal siapa yang akan dirangkul, BN atau PH. Kecenderun­gannya, PAS yang tidak ikut koalisi BN dan PH selama ini lebih condong ke pemerintah.

Namun, prediksi tersebut tidak menghitung Sabah dan Sarawak. Dua negara bagian itu selama ini merupakan basis BN. Meski, barubaru ini suara di dua wilayah itu juga mulai terpengaru­h PH.

Dalam pernyataan­nya, Merdeka menyebutka­n bahwa pemilu kali ini bakal menjadi yang paling bersejarah di Malaysia. Perebutan suara antarkelom­pok begitu kuat. Meski dia memprediks­i BN tetap akan berkuasa.

Mereka juga menegaskan bahwa tingkat kehadiran penduduk akan menjadi penentu. Ada sekitar 15 juta pemilih yang bisa memberikan hak suara.

Di tempat terpisah, Capital Economics, sebuah firma riset, April lalu merilis, berkuasa begitu lama membuat BN mudah saja mendapatka­n suara mayoritas. Selain itu, baru-baru ini pemerintah mengubah batas wilayah pemilihan, sebuah kebijakan yang menguntung­kan BN.

Sementara itu, seharian kemarin di Kuala Lumpur, Jawa Pos menangkap tingginya antusiasme warga Malaysia untuk datang ke bilik suara. ’’Jangan lupa besok (hari ini) mengundi (mencoblos) ya,’’ ujar Lim Kiang Eng, sopir Grab yang ditumpangi Jawa Pos, kemarin.

Dobby Chewa, project coordinato­r Suaram, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada hak asasi manusia, juga demikian. Meski, karena perubahan kebijakan wilayah pemilihan, dia harus memberikan suara di tempat yang agak jauh dari rumahnya di Petaling Jaya.

’’Kami harus ikut mengundi karena kami ingin Malaysia yang lebih baik,’’ kata Dobby yang diamini dua kawannya di Suaram.

Pria 40 tahun itu kemudian menegaskan bahwa dirinya tidak akan menyia-nyiakan hari pemungutan suara. Dia juga yakin penduduk Kuala Lumpur akan menggunaka­n hak pilih mereka.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia