Jawa Pos

Bersatunya Mahathir dan Anwar Adalah Fenomena Besar

-

SAMPAI dua hari menjelang pemungutan suara, pemenang Pilihan Raya Umum (PRU) 14 atau General Election 14 (GE14) belum bisa diprediksi. Meski ada banyak polling yang menyebut Pakatan Harapan (PH) akan unggul, sejumlah polling lainnya menuliskan Barisan Nasional (BN) bakal menjadi juara. Berikut wawancara wartawan Jawa Pos INDRIA PRAMUHAPSA­RI dengan Rektor Universiti Utara Malaysia (UUM) Mohamed Mustafa Ishak yang juga menjabat ketua kluster politik, keselamata­n dan hal ehwal antarabang­sa Majlis Profesor Negara (MPN) di Kuala Lumpur pada Senin (7/5). memandang PRU 14 ini?

Ya. Menurut saya, PRU 14 ini unik. Sangat menarik. Jika sebelumnya rakyat diminta memilih partai pemerintah atau partai alternatif (oposisi), dua saja, sekarang ada tiga. Jadi, ada pilihan lain yang bisa dipertimba­ngkan. Bila yang bertarung hanya dua partai, mendekati hari pilihan raya seperti sekarang ini pemenangny­a sudah pasti akan terlihat. Tapi, karena ada tiga pilihan, apalagi PH menaungi partai-partai yang sebelumnya tidak pernah berkoalisi (PKR dan DAP biasanya saling berebut suara), sangat sulit sekali memprediks­i pemenangny­a. Paling baik ya memang tunggu saja 9 Mei nanti.

Apakah keberadaan Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim dalam satu kubu bakal membuat PH panen dukungan?

Bersatunya Mahathir dan Anwar adalah fenomena besar. Publik tahu sendiri seperti apa hubungan mereka saat masih sama-sama berkuasa dulu. Mereka bersaing dan saling menjatuhka­n. Kalau tiba-tiba mereka sekarang bersatu, saya rasa pasti ada faktor lain yang nilai kepentinga­nnya jauh melebihi permusuhan mereka. Faktor itulah yang perlu ditelusuri. Apakah benar untuk kepentinga­n rakyat atau kepentinga­n mereka sendiri saja? Sebab, ada banyak rumor yang beredar di luar sana tentang latar belakang keputusan besar mereka tersebut.

Namun, dengan Mahathir menyeberan­g ke oposisi, para pendukung setianya yang mengenal Mahathir sebagai man of principal (orang berprinsip) jelas kecewa. Sebab, dia adalah tokoh yang dikenal memegang teguh prinsip.

Selain itu, adanya DAP dan PKR dalam satu koalisi membuat banyak orang yang tidak suka. DAP adalah partai yang berorienta­si pada keturunan Tionghoa. PKR identik dengan etnis Melayu. Di Malaysia, kepentinga­n dua golongan masyarakat itu sering berbentura­n. Karena itulah, menyatukan dua partai tersebut dalam PH adalah langkah yang berisiko. Tetapi, tentu, jika bisa dikelola dengan baik, keberadaan DAP dan PKR akan mendatangk­an keuntungan bagi PH. Bergantung masyarakat menilainya. Memang seperti itulah dinamika politik.

Lantas, bagaimana dengan Partai Islam se-Malaysia (PAS)? Menurut Dato, partai yang tidak masuk koalisi mana pun itu bakal menguntung­kan siapa?

Dulu PAS berkoalisi dengan kelompok alternatif ketika masih bernama Pakatan Rakyat (PR). Namun, kini tidak lagi. Tampaknya, mereka malah condong ke UMNO (partai pemerintah). Menurut saya, PAS adalah partai yang government friendly. Jika dilihat dari pidato Abdul Hadi bin Awang (pemimpin tertinggi PAS) dalam kampanye, rupanya mereka mendukung BN. Bahkan, beberapa waktu lalu Awang Hadi secara terang-terangan minta Mahathir tidak usah mencalonka­n diri lagi karena faktor usia. Tetapi, reputasi PAS sebagai partai yang mengingink­an syariah Islam dijadikan pedoman hidup bernegara tidak begitu baik di mata masyarakat.

 ?? JAWA POS PHOTO ?? PENGAMAT POLITIK: Mohamed Mustafa Ishak bersama wartawan Jawa Pos di Kuala Lumpur.
JAWA POS PHOTO PENGAMAT POLITIK: Mohamed Mustafa Ishak bersama wartawan Jawa Pos di Kuala Lumpur.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia